Pelajaran Serial Layangan Putus dari Sudut Pandang Sosiolog
Serial Layangan Putus yang dibintangi Reza Rahadian dan Putri Marino , belakangan ini menyita banyak perhatian masyarakat.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Serial Layangan Putus yang dibintangi Reza Rahadian dan Putri Marino , belakangan ini menyita banyak perhatian masyarakat.
Sebab, serial tersebut mengangkat isu perselingkuhan dalam rumah tangga hingga akhirnya menjadi perbincangan hangat di berbagai platform media sosial.
Merespons hal itu, dosen sosiologi keluarga UNAIR Prof. Dr. Sutinah, Dra., M.S., mengingatkan, agar perempuan berdaya dan pandai membaca tanda-tanda jika pasangan selingkuh.
Menurutnya membangun kembali dan mempertahankan perkawinan pasca perselingkuhan cukup berat lantaran harus membangun trust, sebagai orang yang tersakiti.
Baca juga: Putri Marino Viral karena Jadi Istri yang Tersakiti di Layangan Putus, Ini Respon Chicco Jerikho
Baca juga: Lola Diara Bantah Jadi Pelakor di Kisah Layangan Putus, Ungkap Hubungan dengan Mommy ASF
Tidak hanya itu, berbicara soal tatanan sosial, pihaknya menyebut ideologi patriarki masih mengakar di masyarakat.
“Suatu konstruksi sosial yang menganggap perempuan lemah dan mudah disakiti laki-laki, terlebih perempuan kerap ditempatkan di subordinat artinya hanya bisa patuh, padahal perempuan berhak mendapatkan kesempatan untuk membela diri,’’ terang Guru Besar FISIP UNAIR, seperti dikutip dari laman Unair.ac.id, Kamis (6/1/2021).
![Reza Rahasian, Putri Marino dan Manoj Punjabi bersama pemain series Layangan Putus usai menggelar jumpa pers di MD Place, Setiabudi Jakarta Selatan, Kamis (18/11/2021).](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/layangan-putus-767969.jpg)
Prof. Sutinah, menambahkan ketika laki-laki memiliki finansial yang baik, cakupan pergaulan luas, ia merasa mampu, dan tak segan mencoba selingkuh.
Disitulah peran perempuan harus bisa membaca tanda-tanda.
“Melek diselingkuhin, yang biasanya pulang kantor jam segini, yang biasanya cara berpenampilannya begini tiba-tiba trendy, dan keperbedaan lainnya yang menonjol dari keseharian,’’ ujar Prof. Sutinah.
Sutinah menegaskan, perempuan harus berani dalam menghadapi situasi ini, berani mengungkap perselingkuhan itu termasuk tindakan menyimpang.
Baca juga: 5 Gaya Fashion Putri Marino Saat Hamil di Serial Layangan Putus
Ia juga mengungkap bahwa seseorang yang pernah selingkuh berpotensi selingkuh lagi.
“Sama dengan orang yang melanggar aturan lalu lintas, dalam sosiologi sebuah perilaku menyimpang itu menguntungkan. bisa menguntungkan dari sisi waktu. Nah, perselingkuhan bisa menikmati sesuatu, tidak harus melulu soal seksual lo ya,’’ tegas Prof. Sutinah.
Adapun alasan perempuan kerap mempertahankan rumah tangga pasca diselingkuhi berkali-kali, sebagian besar karena faktor ekonomi yang masih bergantung pada laki-laki.
“Saya kira keluarga itu perlu membangun bahagia setara, pekerjaan domestik tidak harus semua dikerjakan perempuan, hanya di rumah saja, performanya jadi tidak karuan, kemudian laki-laki jadi pergi, mencari tempat idaman yang lain,’’ imbuhnya.
Sebagai penutup, ia menekankan kembali bahwa perempuan itu harus berdaya dan berhak hadir di ruang publik serta melek literasi agar tidak mudah dibodohi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.