Sering Dianggap Remeh, Berikut Cara Mengatasi Gangguan Panik
Gangguan panik sering dianggap remeh. Padahal gangguan panik dapat menimbulkan efek yang cukup serius bagi penderitanya.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Gangguan panik sering dianggap remeh. Padahal gangguan panik dapat menimbulkan efek yang cukup serius bagi penderitanya.
Menanggapi hal itu, Rumah Sakit Universitas Airlangga dengan kreatif membagikan tips menghadapi gangguan panik melalui siaran langsung Instagram bersama pada Minggu (6/3/2022).
Baca juga: Mengenal Gejala dan Penyebab Test Anxiety Disorder, Rasa Cemas Berlebihan saat Hadapi Ujian
Baca juga: Jangan Panik, Ada Tes PCR Pribadi di Jepang Bagi Yang Darurat Ingin Pulang ke Indonesia
Psikiater dr Brihastami Sawitri SpKJ menerangkan, hangguan panik merupakan gejala psikologis yang ditandai dengan serangan cemas yang berat.
Gangguan ini datang tiba-tiba dengan gejala penyerta berupa gejala fisik meliputi jantung berdebar, keringat dingin, denyut nadi dan jantung menjadi cepat, kebas atau kesemutan, serta wajah memerah.
Tiga Faktor Pemicu
Sawitri menjelaskan ada tiga faktor yang dapat memicu gangguan panik pada seseorang. Pertama, faktor organobiologik atau faktor genetik. Kedua, faktor psiko edukatif, yaitu faktor-faktor psikologik dan pembelajaran yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Serta, faktor sosio kultural, contohnya perceraian atau perpisahan.
Sawitri juga menuturkan, ada risiko yang timbul jika gangguan panik tidak segera ditangani. Beberapa hal di antaranya yaitu dapat menurunkan kualitas hidup, meningkatkan mortalitas, produktivitas menurun, hubungan keluarga dan sosial hilang, serta meningkatkan biaya kesehatan.
Apa yang harus dilakukan?
Ketika seseorang mengalami gangguan panik, hal pertama yang dilakukan adalah berani berbicara dengan orang terdekat seperti keluarga dan sahabat.
Kemudian, pergi ke dokter untuk memastikan kondisi lebih lanjut. Terakhir, berpikir positif dan memiliki motivasi tinggi untuk sembuh.
Lebih lanjut, gangguan panik erat kaitannya dengan pikiran. Oleh karenanya, setiap individu harus memiliki kemampuan untuk mengontrol pikirannya supaya terhindar dari pikiran cemas.
“Kita harus fokus terhadap pikiran-pikiran yang dapat membawa ketenangan, seperti melihat sesuatu dari sudut pandang luas, fokus terhadap hal yang dapat dikendalikan, penerimaan, percaya diri, dan hal-hal positif lainnya,” ungkapnya.