Speech Delay pada Anak, Ketahui Penyebab, Cara Deteksi Dini dan Pencegahannya
Ada kasus anak kesulitan sampaikan apa yang diinginkannya dalam bentuk lisan walaupun sudah menginjak usia hampir 2 tahun. Ini disebut speech delay.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Belajar berbicara menjadi satu fase penting dalam proses tumbuh kembang anak.
Perkembangan ini dimulai pada usia 3 bulan di mana anak bereaksi terhadap ekspresi orang di sekitarnya.
Namun ada kasus seorang anak kesulitan untuk menyampaikan apa yang diinginkannya dalam bentuk lisan walaupun sudah menginjak usia hampir 2 tahun.
Baca juga: Rentan Terjadi pada Manusia, Ini 7 Jenis Kekurangan Gizi Paling Umum
Kondisi inilah yang disebut dengan keterlambatan bicara atau speech delay.
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Dr Dewi Retno Suminar MSi Psikolog mengatakan, speech delay adalah kondisi keterlambatan bicara dilihat dari waktu perkembangan yang seharusnya.
Menurutnya, ciri-ciri speech delay dapat dilihat ketika anak pada saat perkembangannya sudah mampu berbicara namun anak tersebut belum mampu melakukannya.
“Bisa juga bisa berbicara namun kata-katanya tidak dapat dimengerti atau sulit dipahami,” paparnya pada Minggu (3/4/2022).
Penyebab speech delay
Dr Dewi mengatakan bahwa kondisi speech delay dapat dideteksi dari dua aspek yakni aspek klinis dan aspek pengasuhan.
Aspek klinis dimulai dari anak dalam kandungan sampai awal kelahiran. Misalnya, adanya gangguan selama kehamilan, kelahiran prematur, mengalami kejang atau berat badan lahir bayi kurang, dan lain-lain.
Baca juga: Anak Belajar Puasa Perhatikan Asupan Gizinya, Saran Dokter Tak Perlu Banyak Takjil
Kondisi-kondisi klinis itu, lanjut Dr Dewi, dapat menyebabkan anak tidak dapat tumbuh optimal dan menyerang area bicara dalam otak. Dalam kasus tersebut, akan ada kemungkinan diikuti dengan gangguan perkembangan lainnya seperti autisme, retardasi mental, dan ADHD.
Tidak hanya itu, Dr Dewi juga menegaskan bahwa pada aspek pengasuhan dapat saja terjadi karena kurangnya stimulasi bicara selama proses pengasuhan. Terkadang, orang tua atau pengasuh cenderung memberikan gadget atau membiarkan anak menonton televisi sendirian agar si anak tetap diam.
“Dalam kondisi ini, bahasa ekspresif anak menjadi lambat karena anak paham bahasa namun tidak mampu mengekspresikan bahasa melalui berbicara,” tegas Dr Dewi.