Syukuran Bentara Budaya Jakarta, Pameran Ajur Ajer Digelar
Momen syukuran ulang tahun ke-40 Bentara Budaya Jakarta (BBJ), akan digelar Pameran "Ajur Ajer" dengan menampilkan karya 26 perupa.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Momen syukuran ulang tahun ke-40 Bentara Budaya Jakarta (BBJ), akan digelar Pameran "Ajur Ajer" dengan menampilkan karya 26 perupa.
uai tema pameran, yang bermakna membaur dan beradaptasi, maka pergelaran ini dimaksudkan untuk menunjukkan dan menghargai kolaborasi yang apik antara Bentara dengan para seniman dan masyarakat ini.
Baca juga: Bentara Budaya Rayakan HUT ke-40 dengan Gelar Rangkaian Kegiatan Seni Mulai Pameran Hingga Webinar
"Terima kasih untuk para seniman yang menampilkan karyanya di sini. Tahniah untuk kurator dan seluruh tim Bentara Budaya yang telah bekerja mewujudkan pameran ini. Untuk publik, selamat menonton," kata Ilham Khoiri, General Manager Bentara Budaya & Communication Management Kompas Gramedia dalam rilisnya kepada Tribunnews.com.
Sejarah Bentara Budaya, Berawal Dari Keakraban PK Ojong dan Jakob Oetama Pada Karya Seni
Sejarah Bentara Budaya dapat dirunut dari kiprah PK Ojong (1920-1980) dan Jakob Oetama (1931-2020), dua pendiri Kompas Gramedia.
Kedua sosok itu mencintai seni, mengoleksi karya seni, serta bergaul erat dengan banyak budayawan dan seniman.
Seiring tumbuhnya bisnis Kompas Gramedia, dirintis pula lembaga yang diharapkan turut memperkuat sosok kebudayaan Indonesia.
Ojong suka mengoleksi karya seni. Kesukaannya bervariasi, mulai dari lukisan, patung, atau keramik.
Baca juga: Bentara Budaya Jakarta Gelar Pameran Ilustrasiana di Bandung, Tampilkan Karya Pidi Baiq hingga Sweta
Dia beberapa kali mengunjungi seniman dan mendapatkan karya seni langsung dari tangan pertama.
Lebih dari itu, dia juga menghargai kreativitas seni dan bersemangat membantu para seniman.
Sebagaimana dituturkan Helen Ishwara ("PK Ojong: Hidup Sederhana, Berpikir Mulia," 2001), Ojong pernah memesan buku tentang seni lukis lewat Toko Buku Gramedia dan memborong cat lukis akrilik dari toko-toko di Jakarta, lalu dikemas ke dalam dua koper besar.
Semua itu kemudian dibawa oleh kartunis Kompas, GM Sudarta, ke Bali dan dibagikan kepada sejumlah pelukis.
Apa yang mendorong Ojong menyukai karya seni?
Indra Gunawan, wartawan Kompas sejak tahun 1965 dan pernah jadi Direktur Toko Buku Gramedia, mengisahkan, Ojong pernah berbicara tentang "wooncultuur," kultur hunian. Katanya, ruang harus diberi sentuhan estetika, seperti lukisan, patung.
"Kita kadang kelewat serius, perlu sesuatu yang indah dan bikin gembira,” tutur Indra menirukan Ojong (Ilham Khoiri, "PK Ojong, Menyokong Seni Sambil Berinvestasi," Kompas, 25 Juli 2020).
Selain memberikan keindahan yang menggembirakan, lebih jauh Ojong juga menilai seni sebagai investasi.
Dalam rubrik "Kompasiana," di harian Kompas, 10 November 1969, dia menukil laporan mingguan Amerika, "TIME," tentang Ethel, janda Robert Kennedy.