Apa Itu Jamur Cordyceps? Obat yang Dianggap China Lebih Mahal dari Emas
Obat herbal ini tampaknya menjadi target dari upaya tentara China yang dilakukan baru-baru ini untuk masuk ke wilayah India.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Daryono
Cordyceps juga ditemukan di ketinggian di atas 4 500 m di Sikkim.
Tidak hanya itu, bagian lain dari India, Nepal dan Bhutan juga merupakan rumah bagi jamur ini.
Apa Manfaat Cordyceps ?
Cordyceps diyakini memiliki manfaat seperti meningkatkan kinerja latihan, meningkatkan imunitas, mengurangi peradangan, meningkatkan kesehatan jantung hingga menurunkan gula darah pada penderita diabetes tipe 2.
Meskipun ahli kesehatan masih belum yakin tentang manfaatnya, para ilmuwan tampaknya tidak dapat mengabaikan potensi cordycepin molekul bioaktif yang ditemukan dalam Cordyceps.
Menurut mereka, itu memiliki potensi terapeutik yang besar dan suatu hari dapat diubah menjadi pengobatan antivirus dan anti kanker baru yang efektif.
Mengapa jamur ini sangat mahal di China?
Karena permintaannya yang tinggi, pasar internasional dapat mengambil Rs 65 lakh, ini mengindikasikan bahwa Cordyceps lebih mahal dibandingkan emas atau berlian.
Cordyceps memiliki nilai pasar 1.072,50 juta dolar Amerika Serikat (AS) pada 2022.
IPSC mengklaim bahwa 'dalam dua tahun terakhir, panen Cordyceps telah berkurang di Qinghai, wilayah penghasil terbesar di China karena jamur semakin langka'.
Pada saat yang sama, permintaan Cordyceps yang sangat berharga telah meningkat tajam dalam dekade terakhir karena kelas menengah China yang baru muncul berusaha untuk menyembuhkan segala sesuatu, mulai dari gangguan ginjal hingga impotensi, meskipun kurangnya bukti ilmiah terkait efektivitasnya.
"Permintaan yang tinggi dan sumber daya yang terbatas telah menyebabkan panen jamur yang berlebihan," kata para ahli.
Baca juga: Manfaat Jamur Tiram untuk Kesehatan, Turunkan Kolesterol hingga Tangkal Radikal bebas
Sedangkan IPSC menyampaikan bahwa produk turun menjadi 41.200 kg pada 2018 dari 43.500 kg pada tahun sebelumnya, ini menunjukkan adanya penurunan sebanyak 5,2 persen.
"Itu sebagian kecil dari 150.000 kg yang dilaporkan oleh media provinsi untuk tahun 2010 dan 2011," kata IPSC.(*)