Lato-lato Makan Korban, Anak di Kalbar Harus Operasi Mata, Siswa Diimbau Tak Membawa ke Sekolah
Permainan lato-lato saat ini ramai dimainkan baik dari kalangan anak-anak maupun orang dewasa tak disangka memakan korban.
Editor: Anita K Wardhani
Lato-lato Tak Dilarang Tapi Tetap Diawasi, Ini Alasannya
Muda Mahendrawan juga mengatakan dirinya meminta pihak sekolah dan para orangtua untuk mengawasi anak-anak.
"Boleh bermain, jika di luar sekolah, dan mohon atensi pada seluruh guru dan orangtua agar mengingatkan dan mengawasi anaknya untuk fokus belajar jika di sekolah," ujarnya.
Selain itu, Muda juga mengatakan bahwa dirinya tidak melarang permainan Lato-lato.
Hal ini karena lato-lato bisa dikategorikan permainan tradisional yang mencegah anak pada green screen atau gadget.
Pertimbangan ini ujarnya juga membawa dampak positif bagi anak untuk saling berinteraksi pada teman-teman di lingkungan dan meningkatkan solidaritas dan sosial.
Kepala Dinas Kesehatan Kubu Raya Marijan mengatakan AN sedang dalam pemulihan kesehatan di rumahnya.
"Anak tersebut sudah di rumah, dia rawat jalan, dan jika butuh pengobatan atau obat-obatan kita segera memberikannya," katanya.
Marijan mengatakan, anak berstatus pelajar SD tersebut akan menjalani rawat jalan ke dokter awal yang merawatnya. Jika dibutuhkan pendampingan, tim medis Kubu Raya akan senantiasa siap.
Kadis Marijan menuturkan kondisi mata kiri AN yang terluka dan mengalami pendarahan akibat permainan lato-lato, akan sembuh kembali pulih seperti semula jika menjalani perawatan medis secara intensif.
Peminat Lato-lato Berkurang, Pedagang Turunkan Harga
Imbas adanya bocah harus operasi mata akibat permainan lato-lato, pedagang mulai mengeluhkan sepinya pembeli.
“Sekarang sih sudah kurang peminatnya, tidak seperti awal-awal jual,” kata Abdul salah seorang pedagang lato-lato.
Lato-lato tersebut awalnya ia jual dengan harga Rp 25.000 sudah bisa membawa 2 buah lato-lato, namun untuk saat ini hanya Rp 10.000 saja.
“Awal-awal 25.000 dapat dua, sekarang satunya cuma 10.000 saja,” jelasnya.