Melirik Kecantikan Wastra Indonesia, Kain Pinawetengan Asal Minahasa
Kain Pinawetengan dibuat secara tradisional atau handmade. Selama proses pembuatan, butuh waktu dan kesulitan yang beragam.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Apa lagi diketahui para pengrajin kain Pinawetengan tidak lagi muda dan sebagian besar sudah sepuh.
"Saya sebenarnya membutuhkan regenrasi," ungkapnya.
Menurut Iyarati, Minahasa kaya akan budaya, salah satunya adalah kain Pinawetengan ini.
Namun hanya sedikit generasi mudah yang menunjukkan minat untuk melestarikannya.
"Tetapi mungkin karakter orang dan pengaruh budaya internasional kayaknya lebih dibandingkan," urai Iyarita.
Misalnya, pengrajin kain Pinawetengan kerap melakukan kerjasama berupa pelatihan dengan sekolah yang ada di Minahasa atau Manado.
Setiap kali melakukan pelatihan, sebagian sudah banyak yang mengerti.
"Tetapi saat mereka sudah bisa, kami menawarkan, yuk bantu saya di sini. Maksudnya ini budaya kalian juga loh, tapi ternyata mereka lebih tertarik bekerja berkarya di kota," imbuhnya.
Pada Kartini Fitri: Raya Wastra Nusantara, di Bentara Budaya Jakarta, mulai tanggal 12-15 April 2023 ini, akan ada 16 koleksi yang ditampilkan berbahan kain Pinawetengan.
Untuk season pertama, kelompok pengrajin kain Pinawetengan ini akan menampilkan print.
"Jadi kami juga ada kain print, dengan motif patola (ular)," terangnya
Kedua, menghadirkan songket dan ketiga menampilkan semua koleksi.
"Jadi ada tenun ikat, songket dan print. Ada 16 berbagai macam bahan," urainya.
Lewat penampilan ini Iyarita pun berharap kain Pinawetengan bisa terus berkembang dan meramaikan kancah internasional.
"Selain itu, garapan kami pemerintah bisa mendukung juga. Karena saya juga sadar budaya bisa berkembang jika diapresiasi oleh masyarakat pemiliknya," pungkasnya.