Perajin Didominasi Lansia, Christian Saputra: Tradisi Batik Tulis Nyaris Mati
Untuk memproduksi satu kain batik tulis saja bisa memakan waktu dua sampai enam bulan tergantung tingkat kesulitan.
Penulis: Willem Jonata
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com Willem Jonata
TRIBUNEWS.COM - Jumlah pengrajin batik di Indonesia mengalami penurunan. Hal itu diketahui dari data yang dimiliki Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI).
Tahun 2020 lalu diperkirakan jumlah perajin batik mencapai 151.565 orang. Saat ini, hanya tinggal 37.914 pengrajin saja yang masih berproduksi.
Kondisi tersebut tak lepas dari pandemi covid-19 yang melanda dunia, termasuk Indonesia. Banyak pengrajin batik kala itu terpaksa beralih profesi.
Imbasnya PDB subsektor fashion menurun hingga -2,81 persen pada tahun 2020 seperti tercatat dalam data yang dikeluarkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Oleh karenanya, diperlukan upaya ekstra untuk melestarikan batik di tengah gempuran modernisasi. Terlebih lagi melihat kondisi industri batik pascapandemi Covid-19.
Meski pemerintah terus berupaya mengeluarkan sejumlah program guna melestarikan wastra nusantara tersebut, industri batik saat ini masih mengalami kesulitan.
Baca juga: Hari Batik Nasional, Ini Daftar 10 Batik Terpopuler di Indonesia
Menurut Christian Saputra selaku Founder Batik Concept, salah satu faktor terbesar adalah minimnya minat generasi muda untuk meneruskan usaha milik keluarga mereka, atau merintis usaha baru di bidang wastra.
Bahkan, di salah satu workshopnya di Cirebon, Jawa Barat, jumlah pengrajin batik muda hanya tersisa dua orang dari total 25 pengrajin.
Selebihnya didominasi oleh lansia. Tak heran bila Christian menyebut bahwa batik sejatinya adalah tradisi yang nyaris mati.
“Batik itu dying tradition. Generasi muda cenderung lebih tertarik dengan pekerjaan yang serba instan dan cepat. Sementara proses produksi batik tulis bisa memakan waktu hingga berbulan-bulan. Akhirnya banyak yang memilih merantau ke kota-kota besar untuk mendapatkan pekerjaan yang menurut mereka lebih layak,” terang Christian Saputra.
Yang dikatakan Christian bukan tanpa alasaan.
Menurut dia, untuk memproduksi satu kain batik tulis saja bisa memakan waktu dua sampai enam bulan tergantung tingkat kesulitan.
Secara rinci, setidaknya terdapat 12 tahapan dalam proses pembuatan batik tulis. Dimulai dari nyungging (membuat pola di atas kertas), njaplak (menyalin pola ke media kain), nglowong (membatik dengan canting), ngiseni (mengisi bagian-bagian kosong dalam pola), nyolet (memberi warna pada kain), mopok dan nembok (menutupi bagian tertentu dalam pola).