Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Tak Hanya Kue Keranjang, Ada Simbol Keberuntungan di Balik 6 Makanan Khas Imlek Ini

Beragam makanan khas pun kerap tersaji saat Imlek. Makanan khas Imlek biasanya memiliki makna simbolik.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Tak Hanya Kue Keranjang, Ada Simbol Keberuntungan di Balik 6 Makanan Khas Imlek Ini
WARTA KOTA/YULIANTO
Sejumlah karyawan merapikan kue keranjang legendaris merek "Ny Lauw", di kawasan Neglasari, Kota Tangerang, Banten, Kamis (12/1/2023). Merayakan Tahun Baru China atau Imlek di tanah air kurang lengkap rasanya tanpa kehadiran kue keranjang. Kue tradisional berbahan dasar tepung ketan dan gula ini memang populer di masyarakat Indonesia, khususnya keturunan Tionghoa, sejak puluhan tahun silam. Konon katanya, suguhan kue keranjang saat Imlek memiliki makna kesatuan keluarga dan peningkatan rezeki. WARTA KOTA/YULIANTO 

TRIBUNNEWS.COM - Imlek tak cuma selalu identik dengan warna merah.

Beragam makanan khas pun kerap tersaji saat Imlek.

Makanan khas Imlek biasanya memiliki makna simbolik.

Baca juga: Merayakan Tahun Baru Imlek Momen Berharga Berkumpul Dengan Keluarga Besar Untuk Menyambut Awal Baru

Orang yang menyantap hidangan tersebut dipercaya akan mendapatkan keberuntungan sepanjang tahun.

Maka tak heran jika makanan khas Imlek biasanya juga menjadi identitas Imlek itu sendiri.

Berikut 7 makanan khas Imlek yang melambangkan keberuntung, dirangkum TribunTravel dari China Highlights.


1. Ikan (Peningkatan Kemakmuran)

Ikan merupakan hidangan tradisional Imlek yang selalu ada pada menu makan malam Tahun Baru Imlek.

Berita Rekomendasi

Masyarakat Tiongkok selalu ingin memiliki surplus di akhir tahun.

Karena mereka berpikir jika mereka berhasil menghemat sesuatu di akhir tahun, maka mereka bisa menghasilkan lebih banyak lagi di tahun berikutnya.

Oleh sebab itu, ikan harus menjadi hidangan terakhir yang tersisa.

Ikan gurame saus susu.
Ikan gurame saus susu. (Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin)

Hal ini memiliki homofonik yang menguntungkan karena adanya surplus setiap tahun.

Di China, tradisi ini kerap dilakukan di bagian utara Sungai Yangtze.

Sementara di daerah lain, kepala dan ekor ikan tidak boleh dimakan sampai awal tahun, yang menunjukkan harapan bahwa tahun akan dimulai dan diakhiri dengan surplus.

Ikan biasanya diolah dengan cara dikukus dengan beragam bumbu.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas