Artis Maju Sebagai Caleg, Perludem: Pemilih Harus Cermat, Jangan Hanya Lihat Popularitasnya Saja
Titi pun menekankan pemilih agar cermat memilih wakilnya. Pemilih harus melihat para calon tidak hanya dari sisi popularitas saja
Penulis: Mario Christian Sumampow
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Mario Christian Sumampow
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Deretan nama artis ramai memenuhi jajaran bakal calon legislatif Pemilu 2024. Dari penyanyi Once Mekel, juri Master Chef Arnold Poernomo, hingga pelawak Narji Cagur.
Melihat fenomena artis nyaleg, Anggota Dewan Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini menilai deretan nama beken dunia hiburan ini haruslah diiringi dengan tanggung jawab mereka sebagaimana wakil rakyat.
Baca juga: Pendaftaran Caleg Selesai, KPU Diminta Hati-hati Verifikasi Dokumen Bacaleg untuk Hindari Sengketa
“Artis memang bisa jadi pemikat yang mudah bagi pemilih untuk tertarik pada parpol tertentu di tengah banyaknya parpol yang berkontestasi dan caleg yang ikut Pemilu,” kata Titi saat dihubungi, Selasa (16/5/2023).
Banyak, kata Titi, stigma ihwal artis nyaleg hanya sebagai pendulang suara bagi parpol. Ditambah, beberapa artis yang masuk parpol langsung menduduki posisi strategis menggeser kader internal parpol karena memiliki nama besar.
“Sehingga muncul stigma artis sekadar jadi pendulang suara bagi parpol untuk memikat simpati dan dukungan pemilih di Pemilu. Sementara si artis sama sekali tidak punya pengalaman politik atau aktivitas publik yang berkaitan dengan itu,” ujarnya.
Baca juga: Daftar 6 Kepala Daerah yang Mundur karena Jadi Caleg, Ada Bupati Lebak hingga Wabup Lingga
“Problem kaderisasi yang kemudian jadi masalah. Sebab mayoritas masuk panggung politik tanpa proses pengkaderan untuk menginternalisasi nilai-nilai ideologis dan garis perjuangan partai,” Titi menambahkan.
Titi pun menekankan pemilih agar cermat memilih wakilnya. Pemilih harus melihat para calon tidak hanya dari sisi popularitas saja mengingat tugas yang diemban sebagai anggota dewan merupakan tanggung jawab yang besar.
“Pemilih juga harus terus diedukasi agar tak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang hanya bersifat popularitas atau simbolik,” jelasnya.
“Apalagi yang dipertaruhkan adalah aspirasi masyarakat yang akan tercermin dalam kerja-kerja mereka sebagai pejabat publik apabila terpilih nanti,” sambungnya.