Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat Politik Sebut Kepala Negara Partisan Jadi Warisan Buruk Bagi Sistem Pemilu

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden partisan yang di mana hal ini akan berpengaruh pada warisan demokrasi yang buruk bagi sistem pemilu

Penulis: Mario Christian Sumampow
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Pengamat Politik Sebut Kepala Negara Partisan Jadi Warisan Buruk Bagi Sistem Pemilu
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Presiden Joko Widodo menyapa relawan saat menghadiri acara Puncak Musyawarah Rakyat (Musra) Indonesia di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (14/5/2023). Dalam agenda Puncak Musra ini, Presiden Joko Widodo menerima rekomendasi nama Calon Presiden dan Wakil Presiden dari hasil Musyawarah Rakyat (Musra) Indonesia. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Laporan Wartawan Tribunnews, Mario Christian Sumampow

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden partisan yang di mana hal ini akan berpengaruh pada warisan demokrasi yang buruk bagi sistem pemilu ke depan.

Pria yang juga merupakan CEO dan Founder Voxpol Center Research and Consulting punya alasan di balik pernyataannya tersebut dengan berkaca dari banyaknya momen Jokowi yang turut aktif dalam ragam aktivitas hingga endorse yang berkaitan dengan Pilpres 2024 mendatang.

Padahal, lanjut Pangi, dalam posisinya sebagai kepala negara, Jokowi tidak elok untuk berkontribusi dan terlibat aktif menyambut kontestasi politik lima tahunan ini.

“Cara merawat demokrasi adalah dengan cara bagaimana presiden Jokowi netral, bagaimana Jokowi berpikir keras untuk menyukseskan Pemilu 2024, tidak cawe-cawe, tidak grasak-grusukan menyiapkan dan menyukseskan presiden pengganti beliau,” Kata Pangi dalam keterangannya, Kamis (18/5/2023).

“Presiden partisan di dalam pemilu jelas meninggalkan legacy yang buruk bagi sistem pemilu dan demokrasi kita, presiden selanjutnya tentu berpotensi melakukan hal yang sama karena tak ada pembelajaran dan contoh keteladanan dari seorang negarawan,” sambungnya.

Pangi pun menyebutkan beberapa langkah Jokowi sebelumnya seperti Musyawara Rakyat (Musra) yang dijadikan sebagai daya tawar hingga pidato-pidato Jokowi yang di mana di dalamnya memuat banyak endorsement kepada sosok bakal calon presiden.

Berita Rekomendasi

“Terlibat aktif dalam melakukan negosiasi bahkan menunjukkan dukungan secara terbuka akan memberikan dampak negatif yang sangat berbahaya terhadap penyelenggaraan pemilu 2024 nanti,” ujarnya.

Langkah Jokowi ini, tegas Pangi, tidak sepenuhnya bisa diterima dan akan menjadi preseden buruk di mana presiden yang sedang berkuasa menjadikan dirinya makelar demi kepentingan politik temporal.

Baca juga: Jokowi Dinilai Cawe-cawe di Pilpres 2024, Ujang Komarudin Takutkan Adanya Abuse of Power

“Kalau presiden terlalu jauh cawe-cawe di dalam menentukan presiden penerus beliau, tentu ada resiko besar yang menunggu beliau,” tutup Pangi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas