Cerita Anies Baswedan Dapat Keluhan Mahalnya Harga Pupuk saat Berbincang dengan Petani di Grobogan
Anies menuturkan bahwa Suwarto merupakan orang tidak punya uang yang tentu kesulitan untuk beli pupuk yang bukan subsidi.
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W. Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bakal Calon Presiden dari Koalisi Perubahan, Anies Baswedan menceritakan kisahnya bertemu dengan petani di Grobogan, Jawa Tengah.
Adapun hal itu diceritakan Anies Baswedan kepada ribuan relawananya di Tennis Indoor Senayan, Minggu (21/5/2023).
"Saya juga sempat mampir ke Grobogan di sana saya bertemu dengan seorang petani. Jadi saya lagi berjalan, saya melihat petani lagi bekerja, saya berhenti dan mampir," kata Anies.
Baca juga: Anies Baswedan Sebut Sudah Kantongi Sosok Cawapres: Kalau Dikasih Tahu Sekarang Bukan Kejutan Dong
Nama petani tersebut bernama Pak Suwarto, kata Anies. Ketika bersalaman ia merasakan tangannya terasa baru saja memberi pupuk. Lalu Anies bertanya, bagaimana kondisi di sini?
"'Biasa mas dari seperti ini'. Lalu apa yang tersulit? tanya Anies.
Dikatakan Anies panjang sebetulnya obrolannya, lalu petani tersebut dikatakan mempersoalkan masalah pupuk.
"Pupuk itu paling mahal, mau beli pupuk tidak ada subsidi, tidak seperti zaman sebelumnya. Zaman dulu tinggal ke warung bawa ember bisa beli pupuk. Sekarang mau ke warung ditanyakan, subsidi atau bukan subsidi," cerita Anies tirukan perkataan Suwarto.
Baca juga: Pupuk Kaltim Mulai Jajaki pengembangan Teknologi Green Amonia
Anies menuturkan bahwa Suwarto merupakan orang tidak punya uang yang tentu kesulitan untuk beli pupuk yang bukan subsidi.
"Orang tidak punya uang masa bisa bayar yang bukan subsidi. Ya mesti subisidi," lanjutnya.
Kemudian Anies mengungkapkan bahwa masyarakat yang ia temui dalam keadaan sulit dan menantang.
"Saya perhatikan betapa masyarakat yang kita temui menyampaikan kepada kita semua. Bahwa di masyarakat sana ada suasana, sulit dan menantang," kata Anies.
"Tapi yang lebih mengkhawatirkan adalah serba ketidakpastian, bagaimana yang menanam tidak tahu nanti berapa harga jualnya," tuturnya.