TRIBUNNEWS.COM - Bakal calon presiden (bacapres) Prabowo Subianto menyebutkan, dirinya akan mendedikasikan hidupnya untuk memperkuat ekonomi rakyat.

“Maka, saya dedikasikan hidup saya untuk ikut memperkuat ekonomi rakyat,” tegasnya.

Ia kemudian menjanjikan program ekonomi gratis untuk rakyat yang sejalan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Program ekonomi gratis tersebut ada lima, yakni kesehatan, pendidikan, perumahan, sembako, dan pinjaman untuk usaha.

“Lima program ekonomi rakyat ini, pendidikan, kesehatan, perumahan, sembako, dan pinjaman dana untuk usaha rakyat, harus semakin terjangkau, semakin mudah didapat, dan semakin cepat diakses, bahkan untuk beberapa kasus digratiskan,” ungkap Prabowo dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (1/7/2023). 

“Aneka program ini dibuat agar wong cilik (orang kecil), rakyat banyak, bisa tersenyum dan tertawa. Mereka tak lagi terlalu berat menjalani hidupnya, apalagi akibat tiga tahun pandemi Covid-19,” imbuh Prabowo, dikutip dari Wartakotalive.com.

Baca juga: Soal Kandidat Cawapres, Prabowo: Siapa Tahu Ujungnya Ganjar Mau Jadi Wakil Saya

Lima program yang disebutkan oleh Prabowo tadi, menurutnya sejalan juga dengan semangat program Presiden Jokowi, seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS) hingga Kartu Indonesia Pintar (KIP).

Menteri Pertahanan itu pun menyatakan, dirinya akan segera merumuskan program ekonomi lainnya.

Lantaran, lima program ekonomi gratis tadi hanya bagian dari program yang lebih besar untuk membangkitkan ekonomi Indonesia lebih cepat.

Janji Prabowo Subianto Ketika Terpilih Menjadi Presiden RI

Prabowo mengungkapkan, dirinya akan merangkul semua pihak jika ia terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia (RI).

Lantaran, langkah tersebut menurutnya penting untuk dilakukan demi membangun bangsa dan meraih kemakmuran bagi seluruh rakyat di tanah air.

"Politik kita harus politik yang bijaksana, politik yang cerdas, politik yang penuh kesadaran," kata Prabowo.

"Kita harus sadar bahwa negara kita terlalu besar, terlalu beragam, terlalu banyak suku, kelompok etnis, terlalu banyak daerah."