AHY Analogikan Manuver Anies dan NasDem dengan Perang: Semuanya Bukan tentang Killed or To Be Killed
AHY menganalogikan manuver Anies dan NasDem dengan perang. Ia menyebut semua yang dilakukan tidak tentang menang atau kalah saja.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menganalogikan manuver Anies dan NasDem dengan menggaet Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin seperti perang.
Awalnya, AHY mengungkapkan saat masih aktif sebagai prajurit TNI, dirinya mengatakan diajarkan untuk memegang teguh nilai dan etika keperwiraan.
"Hal ini adalah modal utama bagi seorang prajurit dalam mengemban tugas apapun," katanya dalam pidato di Kantor DPP Partai Demokrat, Senin (4/9/2023) dikutip dari YouTube Partai Demokrat.
AHY juga mengatakan, bahwa etika turut diterapkan saat dirinya ditugaskan untuk berperang.
"Sehingga perang bukan hanya tentang killed or to be killed. Bukan hanya seolah tentang menang atau kalah tetapi juga cara untuk bisa memenangkan peperangan tersebut," katanya.
Baca juga: Siang Ini, AHY akan Sampaikan Sikap Politik Demokrat usai Keluar dari Koalisi Perubahan
Anies menilai, apa yang dipelajari dan diterapkannya saat masih aktif sebagai prajurit TNI dapat dilakukan pula dalam berpolitik khususnya soal etika.
"Tentunya kita mendambakan praktik-praktik yang baik. Kita juga tidak ingin seolah semuanya bisa asal tidak boleh kalah," tuturnya.
AHY pun berharap ketika Demokrat, NasDem, dan PKS tergabung dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), maka etika berpolitik diterapkan terhadap tiap anggota.
Namun, sambungnya, hal tersebut tidak dapat diwujudkan.
"Komitmen menjadi barang yang langka. Kata maaf dijadikan obat yang murah untuk pengingkaran atas sebuah komitmen," katanya.
"Jika dibiarkan bisa menjadi budaya, sebuah pembenaran dan lambat laun bisa membentuk karakter bangsa yang tidak bertanggung jawab," sambung AHY.
Sebelumnya, kabar Anies berduet dengan Cak Imin pertama kali disampaikan oleh Sekjen Partai Demokrat, Teuku Riefky Harsya, lewat rilis pers pada Kamis (31/8/2023).
Dalam rilis pers setebal tiga halaman itu, salah satu poinnya menyebut Sudirman Said-lah yang menyampaikan kepada Demokrat bahwa Cak Imin dipilih menjadi cawapres Anies.
"Sehari kemudian, 30 Agustus 2023, Capres Anies dalam urusan yang sangat penting ini, tidak menyampaikan secara langsung kepada pimpinan tertinggi PKS dan Partai Demokrat, melainkan terlebih dahulu mengutus Sudirman Said untuk menyampaikannya," kata Riefky.
Penunjukan Cak Imin menjadi cawapres Anies dilakukan oleh Ketua Umum NasDem, Surya Paloh, pada Selasa (29/8/2023).
Baca juga: Demokrat: Anies Belum Pernah Kontak AHY Setelah akan Dipasangkan dengan Cak Imin
Surya Paloh pun bertemu Cak Imin tanpa sepengetahuan dari Demokrat dan PKS.
"Pada Selasa malam, 29 Agustus 2023, di Nasdem Tower, secara sepihak Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh tiba-tiba menetapkan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sebagai cawapres Anies, tanpa sepengetahuan Partai Demokrat dan PKS," kata Riefky.
Lantas, pasca-penunjukan tersebut, pada Jumat (1/8/2023), PKB pun menyetujui pinangan NasDem agar Cak Imin diduetkan oleh Anies lewat rapat pleno yang digelar di Kantor DPW PKB Jatim di Surabaya.
Barulah keesokan harinya pada Sabtu (2/8/2023), Anies dan Cak Imin resmi dideklarasikan sebagai capres-cawapres di Hotel Majapahit, Surabaya oleh Surya Paloh.
Sementara di sisi lain, PKS juga telah menegaskan tetap mendukung Anies sebagai capres lewat pernyataan resmi dari Presiden PKS, Ahmad Syaikhu di Jakarta di hari yang sama deklarasi Anies-Cak Imin.
Sedangkan Demokrat telah memutuskan keluar dari KPP dan mencabut dukungan Anies sebagai capres lewat keputusan rapat dari Majelis Tinggi Partai Demokrat pada Jumat (1/9/2023) yang diumumkan oleh Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat, Andi Malaranggeng di Cikeas, Bogor, Jawa Barat.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Pilpres 2024