GP Ansor Dukung Pernyataan Menag Soal Ajak Masyarakat Cerdas Memilih di Pilpres 2024
Menag menilai memilih pemimpin tidak semata didasarkan pada tampilan fisik dan cara berkomunikasi, tapi juga pada rekam jejak kinerjanya
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W. Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Sekjen Pimpinan Pusat GP Ansor Wibowo Presetyo menilai pernyataan Menag sangat positif dan edukatif soal ajak masyarakat cerdas memilih di Pilpres 2024 mendatang.
Diketahui beberapa waktu lalu Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengajak masyarakat untuk cerdas dalam memilih calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) di Pilpres 2024.
Menag mengingatkan warga bangsa untuk melihat rekam jejak capres dan cawapres.
Dikatakan Menag, pilihan tidak semata didasarkan pada tampilan fisik dan cara berkomunikasi, tapi juga pada rekam jejak kinerjanya serta perhatiannya kepada seluruh warga bangsa di tengah keragaman yang ada.
Baca juga: Profil Yaqut Cholil Qoumas, Menteri yang Disebut Masuk Bursa Bakal Cawapres Ganjar Pranowo
Wibowo Presetyo menilai dari pernyataan tersebut Menag tidak menyebut sosok tapi kriteria, sehingga memancing warga untuk lebih cerdas dalam memilih calon pemimpin bangsa.
“Pernyataan Menteri Agama itu normatif, memberikan pendidikan politik kepada warga negara agar memilih calon pemimpin tidak dari penampilan saja tapi juga dari track record-nya, dari jejak rekamnya,” terang Wibowo Prasetyo dalam keterangannya, Minggu (1/10/2023).
Ia melanjutkan track record capres dan cawapres sangat penting, terutama rekam jejak dalam penggunaan agama sebagai alat politik.
"Sebagai Menteri Agama, Gus Men tentu harus menyampaikan hal ini ke publik sebagai pendidikan politik,” sambungnya.
Meski Menag tidak menyebut nama, pernyataan tersebut direspons oleh Ketua PKB Abdul Muhaimin Iskandar dan Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid.
Keduanya menyebut pernyataan Menag sebagai omongan buzzer.
Bahkan, Jazil mengatakan bahwa pihaknya akan mengambil langkah pendisiplinan.
“Soal pendisiplinan, saya kira itu terlalu reaktif dan arogan. Faktanya, Gus Men sama sekali tidak menyebut nama dalam pernyataannya.
Sekali lagi, Gus Men hanya menyebut kriteria dan itu wajar babkan perlu untuk Pendidikan politik,” tegas Wibowo.