Jubir TPN Beberkan Maksud Pidato Ganjar Soal Drakor Hingga Hoaks Megawati Tak Salami Gibran-Kaesang
Pangeran Siahaan mengungkap maksud sindirin Ganjar Pranowo soal drama politik saat pidato usai mendapan nomor urut peserta Pilpres 2024.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Pangeran Siahaan mengungkap maksud sindirin Ganjar Pranowo soal drama politik saat pidato usai mendapan nomor urut peserta Pilpres 2024.
Pangeran mengatakan apa yang diungkapkan Ganjar hanya menyuarakan apa yang sebenarnya menjadi keresahan masyarakat belakangan ini.
“Pak Ganjar Pranowo menyuarakan apa yang sebenarnya menjadi keresahan banyak masyarakat Indonesia melihat bagaimana dalam suasana menjelang Pemilu 2024 banyak terjadi fenomena-fenomena. Kita bisa melihat banyak indikasi-indikasi yang mana mungkin saja, kalau kita mau bertanding ini lapangannya tidak semuanya rata,” ujar Pangeran kepada wartawan, Kamis (16/11/2023).
Keresahan masyarakat menyaksikan situasi demokrasi di Indonesia, kata dia, bisa ditinjau dari berbagai laporan adanya upaya oknum-oknum aparat yang berpotensi merugikan pasangan capres-cawapres dan pendukungnya.
Padahal, Indonesia telah menempuh perjalanan panjang menjaga demokrasi sejak Reformasi 1998.
Maka, memang sebaiknya demokrasi di Indonesia jangan sampai mengalami kemunduran.
Baca juga: Rekam Jejak Aiman Witjaksono, Jubir TPN Ganjar-Mahfud Dilaporkan ke Polda Metro Jaya
“Jangan sampai kita lalai dalam menikmati (demokrasi) apa yang sudah kita alami sejauh ini. Dan, saya rasa apa yang dikatakan Pak Ganjar bukan semata-mata mengenai Pilpres, mengenai Pak Ganjar atau Pak Mahfud, tetapi (juga) mengenai apa yang menjadi keresahan hati dari banyak masyarakat Indonesia,” kata Pangeran.
Menurut Pangeran, masyarakat tidak buta dan tuli menyaksikan elite politik mengakali undang-undang yang menjadi aturan main demokrasi, sistem politik yang susah payah ditegakkan sejak Reformasi 1998.
“Kita juga bisa melihat bagaimana dinamika, fenomena yang terjadi, sebut saja dari apa yang terjadi dari Mahkamah Konstitusi (MK), lalu (berlanjut ke) Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MK). Itu kan tidak terjadi dalam ruang vakum yang terjadi begitu saja, dalam sebuah single case kan, tetapi sebuah rentetan dari peristiwa," paparnya.
Baca juga: TPN Ganjar-Mahfud Bentuk Deputi Inklusi yang Dipimpin Jaleswari, Berisi Tokoh Perempuan
"Dan, ini kan menimbulkan kecemasan bukan hanya sebenarnya bagi para pelaku politik, bagi partai politik dan pendukungnya, tetapi bagi masyarakat Indonesia yang bisa melihat dan mendengar. Rasanya itu yang menjadi concern Pak Ganjar,” sambung Pangeran.
Lebih lanjut, dia mengatakan, Ganjar memang bersemangat ketika menyuarakan keresahan masyarakat.
Apalagi, saat ini banyak pihak merasa prihatin dengan arah demokrasi Indonesia di tahun 2023 ini.
“Kita bisa melihat banyak indikasi-indikasi yang mana proses demokrasi kita mungkin tidak hanya jalan di tempat, tetapi bisa jadi bergerak ke arah kemunduran. Jadi, kalau Pak Ganjar terlihat bersemangat dan sangat menggebu-gebu, saya rasa pak Ganjar tidak sendirian. Saya rasa banyak anggota masyarakat yang juga merasakan hal yang sama dan keresahan itu diwakili oleh Pak Ganjar,” ucapnya.
Di sisi lain, Pangeran menepis kabar miring dalam video viral di media sosial yang menarasikan adanya penolakan ketika Ketua Umum (Ketum) Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep berniat bersalaman dengan Ketum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.
Menurut Pangeran, suasana selama kegiatan pengundian dan penetapan nomor urut pasangan capres-cawapres Pemilu 2024 di kantor KPU pada Selasa (14/11/2023) berlangsung guyub dan cukup riang gembira.
“Tapi kita lihat di media sosial ada yang mencoba bermain di air keruh, bermain-main dengan framing dan menciptakan saya rasa berita-berita tidak benar, misalnya. Bagaimana misalnya, ibu Megawati, dituduh tidak mau bersalaman dengan tokoh-tokoh tertentu. Dan, itu tidak benar, karena saya juga berada di lokasi dan saya rasa juga banyak dokumentasi yang menunjukkan hal tersebut tidak terjadi,” jelas Pangeran.