Sindiran Ganjar soal Drakor Politik Jelang Pilpres 2024, Pengamat: Ungkapan Isi Hati Koalisi
Direktur Eksekutif Poltracking, Hanta Yuda, mengomentari saling sindir mengenai drama Korea (drakor) jelang Pilpres 2024.
Penulis: Muhamad Deni Setiawan
Editor: bunga pradipta p
TRIBUNNEWS.COM - Direktur Eksekutif Poltracking, Hanta Yuda, mengomentari saling sindir mengenai drama Korea (drakor) jelang Pilpres 2024.
Melalui pidatonya selepas pengundian nomor urut untuk Pilpres 2024, Ganjar sempat menyinggung soal drama politik, Selasa (14/11/2023).
Menurut Hanta, ungkapan itu ditujukan kepada pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Baca juga: Jubir TPN Beberkan Maksud Pidato Ganjar Soal Drakor Hingga Hoaks Megawati Tak Salami Gibran-Kaesang
Pernyataan itu bisa juga diarahkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mana istilah itu pertama kali dilontarkan oleh ayah Gibran tersebut.
"Kalau pertanyaannya itu ditujukan ke mana? Sulit untuk tidak mengatakan bahwa itu sindiran kepada kubunya Prabowo-Gibran yang sebenarnya istilah itu sudah disebutkan oleh Pak Jokowi juga. Jadi bisa juga sindiran kepada Pak Jokowi, respons dari Pak Ganjar itu," kata Hanta dikutip dari YouTube Kompas TV, Kamis (16/11/2023).
Lebih lanjut, Hanta menyatakan bahwa ungkapan saling sindir tersebut memiliki tiga motif.
"Satu, sebagai ungkapan hati koalisi. Kedua, menegaskan posisi. Ketiga, adalah membangun persepsi," terangnya.
Pernyataan itu menegaskan bahwa Ganjar Pranowo siap bertarung tanpa Jokowi di Pilpres 2024 setelah sebelumnya selalu dipersepsikan bersama mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Dalam membangun persepsi, sambung Hanta, ini penting karena di dunia politik persepsi publik penting untuk meraih kemenangan.
Sebelumnya, Ganjar menegaskan, drama dalam dunia politik Indonesia seharusnya tak perlu terjadi.
"Drama-drama itulah yang sebenarnya tidak perlu terjadi, dan malam ini memang seharusnya kita sedang memulai perayaan demokrasi melalui pemilu," terang Ganjar pada Selasa, dikutip dari YouTube Kompas TV.
Di sisi lain, pria berusia 55 tahun itu berujar pihaknya terus mendengarkan berbagai kegelisahan terkait situasi nasional akhir-akhir ini.
"Melihat situasi belakangan ini, tentu kami mendengarkan banyak pihak. Kami menangkap apa yang menjadi kegelisahan suasana kebatinan yang muncul di masyarakat," ujarnya.
Ganjar Pranowo mengaku mendengarkan suara dari berbagai kalangan, mulai dari tokoh agama, jurnalis, budayawan, hingga aktivis mahasiswa.
"Semuanya sedang menyuarakan kegelisahan itu," tegasnya.
Dirinya pun memastikan pasangan Ganjar dan Mahfud MD akan menjaga demokrasi di Indonesia.
"Saya tenang kok, dan kami ini tenang semua, karena kami sangat yakin ada rakyat Indonesia bersama kami untuk menjaga demokrasi di negeri ini," ungkap Ganjar.
Meski tak menjelaskan secara gamblang apa alasannya, calon wakil presiden (cawapres) dari Koalisi Indonesia Maju (KIM), Gibran Rakabuming Raka, mengaku sepakat dengan pernyataan Ganjar.
"Setuju," jelas Gibran Rakabuming Raka saat ditemui di kantornya, Rabu (15/11/2023), dikutip dari TribunSolo.com.
Di sisi lain, putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu menyatakan bahwa dirinya sempat bertemu dengan Ganjar ketika pengundian nomor urut.
Meskipun demikian, pria berusia 36 tahun itu enggan membeberkan isi pembicaraannya dengan Ganjar Pranowo.
Namun, ia menuturkan suasana pertemuan para elite koalisi partai politik masing-masing kubu berlangsung dengan hangat.
"Yang jelas kami kemarin datang ke KPU sebelum pengundian makan bersama semua. Suasana hangat di sana," terangnya.
Kata Jubir TPN Ganjar-Mahfud
Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Pangeran Siahaan, mengungkap maksud sindirin Ganjar Pranowo soal drama politik.
Pangeran mengatakan, apa yang diungkapkan Ganjar hanya menyuarakan apa yang sebenarnya menjadi keresahan masyarakat belakangan ini.
“Pak Ganjar Pranowo menyuarakan apa yang sebenarnya menjadi keresahan banyak masyarakat Indonesia melihat bagaimana dalam suasana menjelang Pemilu 2024 banyak terjadi fenomena-fenomena," ujar Pangeran kepada wartawan, Kamis (16/11/2023).
"Kita bisa melihat banyak indikasi-indikasi yang mana mungkin saja, kalau kita mau bertanding ini lapangannya tidak semuanya rata,” terangnya.
Keresahan masyarakat menyaksikan situasi demokrasi di Indonesia, katanya, bisa ditinjau dari berbagai laporan adanya upaya oknum-oknum aparat yang berpotensi merugikan pasangan capres-cawapres dan pendukungnya.
Padahal, Indonesia telah menempuh perjalanan panjang menjaga demokrasi sejak Reformasi 1998.
Oleh sebab itu, sambung Pangeran, demokrasi di Indonesia jangan sampai mengalami kemunduran.
“Jangan sampai kita lalai dalam menikmati (demokrasi) apa yang sudah kita alami sejauh ini," jelas Pangeran.
"Dan, saya rasa apa yang dikatakan Pak Ganjar bukan semata-mata mengenai Pilpres, mengenai Pak Ganjar atau Pak Mahfud, tetapi (juga) mengenai apa yang menjadi keresahan hati dari banyak masyarakat Indonesia,” pungkasnya.
(Tribunnews.com/Deni/Fransiskus Adhiyuda)(TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.