Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wawancara Eksklusif dengan Mikail Azizi Baswedan: Dinasti Politik di Mata Anak Anies Baswedan

Sebagai generasi Z, Mikail mengatakan pentingnya proses seperti yang selalu diajarkan oleh sang ayah.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Wawancara Eksklusif dengan Mikail Azizi Baswedan: Dinasti Politik di Mata Anak Anies Baswedan
Tribunnews/JEPRIMA
Mikail Azizi Baswedan berpose usai menjadi narasumber di Kantor Tribun Network, Jakarta Pusat, Rabu (6/12/2023). Pria lulusan Universitas Indonesia jurusan Akuntansi ini pun mengaku kaget ketika ayahnya benar dideklarasikan Surya Paloh sebagai capres 2024. Ia pun mengaku sampai titik ini tak menyangka ayahnya bisa maju hingga resmi terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai capres. Namun Mikail selaku anak, merasa bangga atas pencapaian sang ayah. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Diskursus mengenai dinasti politik menjadi perhatian anak kedua Calon Presiden Anies Baswedan, Mikail Azizi Baswedan (23).

Sebagai generasi Z, Mikail mengatakan pentingnya proses seperti yang selalu diajarkan oleh sang ayah.

“Menurut aku kan yang penting prosesnya, selama ini Abah juga mengajarkan kita untuk mengikuti proses selama jadi Gubernur (DKI Jakarta),” ucap Mikail saat podcast di Gedung Tribun Network, Palmerah, Jakarta Pusat, Rabu (6/12/2023).

Baca juga: Wawancara Eksklusif dengan Mikail Azizi Baswedan: Pencalonan Anies Baswedan Bikin Kaget Keluarga

Mahasiswa Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Angkatan 2019 menyebut pesan ayahnya itu juga diimplementasikan dalam keluarga.

Abah -panggilan Anies Baswedan- dari anak-anaknya selalu mengimbau putra dan putrinya untuk taat proses tersebut dan mengikuti prosedur.

“Jadi Abah sudah menjadi calon presiden dan itu membuka mata saya sendiri terhadap masalah-masalah yang ada di Indonesia. Terhadap keluhan-keluhan dari masyarakat dan itu saya dengar dan
lihat langsung,” ucap Mikail.

Mikail mengaku ingin kondisi Indonesia terus berkembang dan terjadi perubahan demi kebaikan Indonesia.

Baca juga: Janji Capres: Anies Singgung Transportasi Umum, Ganjar Bahas Akses Pendidikan, Bagaimana Prabowo?

BERITA REKOMENDASI

Simak lanjutan wawancara Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dengan Mikail Azizi Baswedan:

Bang Mikail sebagai anak kedua di keluarga Anies Baswedan ketika Bapak menjabat gubernur selama 5 tahun apakah ada privilege tertentu yang abang rasakan?

Pasti ada yang berubah lah berubah ya kehidupan pasti berubah di mana Pak Anies mendapatkan fasilitas yang lebih tapi aku secara pribadi enggak pernah.

Tapi kalau boleh cerita ya waktu itu pernah ada kasus tahun lalu tahun 2022 adik saya Kaisar masuk umur 17 tahun. Dan di umur 17 tahun kita bikin KTP kan itu pengalaman yang uniklah kita datang ke kelurahan foto, sidik jari, tanda tangan dan nanti ktp-nya jadi.

Nah tapi pada saat itu Bapak menjabat sebagai gubernur kan, dari tim mereka menawarkan agar bikin KTP-nya di rumah saja jadi mereka datang bawa mesinnya. Itu kan sebuah privilege kan namun dari kita sendiri juga ya kita menilai ini salah.

Jadi bukan haknya kita yang berhak mendapatkan privilege kan gubernurnya bukan keluarga gubernur. Jadi pada akhirnya kami menolak dan Kaisar ikut prosedur seperti biasa. Kita pergi ke kelurahan.

Privilege lain misalkan Anda harus harus belanja harus pergi ke restoran ada yang berbeda tidak dari sebelumnya?

Tentu karena ya sebagai gubernur kan enggak bisa sembarang pergi bebas pasti ada tim yang menjaganya dan ada tim advance yang datang duluan. Jadi kalau memang misalkan kita pergi ke restoran ada yang sudah duluan di sana.

Tapi pada akhirnya kurang lebih sama yang merasakan fasilitas itu kan sebenarnya Abah bukan secara tidak langsung kita merasakan juga gitu tapi yang benar-benar secara pribadi itu enggak ada.

Baca juga: Anies Baswedan Kenalkan Konsep Pasar AMIN Saat Kampanye di Bengkulu

Bang sebagai anak gubernur di tingkat provinsi apakah pernah dimintai tolong seseorang untuk terkait dengan posisi Abah tentu saja, entah itu di bidang kesehatan, di bidang bisnis atau di bidang proyek?

Iya yang minta tolong banyak karena nggak sampai ke Bapak akhirnya ke anak kan. Jadi memang ada beberapa orang yang nge-approach kalau memang halnya nggak ada hubungannya dengan saya ya saya hubungkan dengan yang bersangkutan.

Misalkan ada yang minta proyek ya saya bilang enggak bisa gitu kan bukan urusan saya tapi pada akhirnya harus mengikuti prosedur. Jadi selama ini tuh kalau memang ada yang approach aku selalu cerita ke Abah.

Karena aku kan pada saat itu enggak tahu prosedurnya seperti apa. Jadi aku konsul sama Abah dan akhirnya diarahkan ke prosedur yang benar enggak pernah tuh.

Pernah sih waktu itu kasus waktu itu misalnya waktu Covid-19 ada yang minta tolong dialokasikan ke rumah sakit yang kosong karena saat itu rumah sakit penuh semua kan.

Kan kalau kayak gitu membantu orang dan memang ada prosedurnya jadi yang approach minta tolong banyak lah tapi pada akhirnya enggak mengikuti prosedur.

Kalau yang terkait dengan proyek pernah ada enggak Bang Mikail?

Pernah sih tapi aku juga nggak pernah meladeni soalnya bukan ranahnya aku. Aku juga nggak berhak, itu kan hal yang salah sebagai anak pejabat bahkan enggak harus anak pejabat memihak kepada satu golongan kan salah.

Jadi kalaupun ada itu bukan hal yang harus aku ladeni. Tidak boleh kita lakukan itu.

Apakah Abang sehari-hari mengikuti perkembangan politik dari media sosial, media mainstream, televisi, surat kabar atau apapun?

Aku sering diskusi sama teman-teman dari berita yang kita dengar lewat sosial media, biasanya itu memang kabar-kabar dari keluarga dari teman dan di situ kita biasanya diskusi. Memang lumayan lah.

Tapi ngomong-ngomong Bang Mikail termasuk yang suka nonton televisi berita atau tidak?

Enggak sudah jarang jadi lebih banyak perkembangan situasi diperoleh dari sosial media dan komunitas.

Baca juga: Sukses Rampungkan JIS, Modal Kuat Anies Bangun Stadion Wasaka International Stadium di Kalsel

Kalau boleh saya tahu perkembangan politik terbaru apa yang paling menarik perhatian Abang akhir-akhir ini?

Sekarang itu lagi rame soal rancangan undang-undang Daerah Khusus Jakarta. Selain rancangan undang-undang ada juga rame soal format debat di KPU nanti.

Menurut Abang sendiri sebenarnya format debat bagusnya apakah perlu ada debat khusus untuk calon wakil presiden atau menyatu?

Pada akhirnya kan bukan ranah saya juga tapi saya mengikuti lah putusan KPU seperti apa tapi kalau nanya pendapat saya secara personal kita itu harus bisa membandingkan calon presiden dan juga calon wakil presiden.

Kalau debat dihilangkan ya gimana caranya kita membandingkan mereka, gimana kita tahu visi misi mereka. Bagaimana kita tahu gagasan dan ide mereka dan solusi mereka terhadap masalah-masalah Indonesia.

Kan harus kita ketahui juga ya kalau dihilangkan ya gimana caranya kita tahu.

Jadi Abang pribadi ya harusnya cawapres juga ikut debat?

Intinya semua yang terlibat harus ikut debat lah supaya orang bisa membandingkan.

Meskipun Abang usia masih muda punya ketertarikan enggak untuk masuk ke dunia politik?

Untuk saat ini enggak kepikiran sih belum ada keinginan untuk ke politik jadi enggak tahu ya ke depannya gimana. Tapi kalau ditanya saat ini belum.

Kalau boleh saya tahu keinginan Abang ke depan itu mau jadi profesional kah setelah lulus dari Universitas Indonesia atau gimana?

Kita bismillah saja lihat ke depannya seperti apa. Iya kan enggak ada yang tahu juga Bapak bakal jadi Calon Presiden jadi banyak hal berubah pada akhirnya kita harus menentukan jalan hidup, menyesuaikan lah.

Baca juga: Fakta Gibran Salah Sebut Asam Sulfat untuk Ibu Hamil, Sampaikan Minta Maaf hingga Kena Sindir Anies

Yang penting targetnya lulus dulu ya Bang?

Iya benar targetnya lulus dulu.

Apakah untuk men-support Abah perlu enggak untuk cuti kuliah?

Sebenarnya pada akhirnya aku prioritaskan lulus kuliah. Kalau ada kegiatan yang bersifat kampanye aku nggak ikut dulu sampe aku tuntaskan kuliah dulu sampai Desember akhir.

Kalau ada liburan semester baru aku ikut men-support Bapak.

Abang Mikail pernah diminta Abah menjadi khotib solat ied, apa benar bagaimana ceritanya?

Waktu itu lagi masa Covid-19 dan kita di rumah, dan dua hari sebelum tiba-tiba Abah nunjuk saja 'mik jadi khotib ya' ya terus perintah orang tua kita siap-siap saja. Pasti dilaksanakan kan.

Untuk menjadi khotib waktu itu apa yang Anda persiapkan?

Wah itu aku langsung searching banyak cari bahan aku print di kertas dan jalanin gitu.

Masih ingat nggak materi apa yang Anda sampaikan?

Sudah lumayan lama sih jadi aku enggak ingat tapi itu jadi pengalaman karena Abah itu memang sering melakukan hal-hal seperti itulah untuk mengedukasi anak-anaknya.

Gimana kita disuruh mengalami proses dan itu aku mengalami public speaking bicara di depan walaupun di depan keluarga ya. Iya kan tetap saja di depan bicara depan orang kan sesuatu yang berbeda.

Apakah Abang pernah membayangkan ini tidak tertutup kemungkinan saya akan jadi anak presiden Republik Indonesia? Kalau Allah menentukan Pak Anies tidak bisa menolak dan Anda akan menjadi putra presiden?

Sebelumnya enggak pernah, benar-benar enggak pernah. Tapi yang pasti akan berubah dan berubahanya seperti apa aku nggak tahu ya.

Seperti yang aku rasakan sekarang walaupun secara fasilitas sama api kan kalau ketemu orang ya berbeda lah. Orang sudah memandang aku sebagai anak calon presiden. Jadi dari aspek itu saja sudah berubah gitu gimana nanti kalau terpilih.

Baca juga: Profil Ignasius Jonan, Mantan Dirut KAI yang Ingin Digandeng Anies Bangun Transportasi Umum

Kalau Bapak kemudian menjadi Presiden Republik Indonesia ke-8 apa yang akan Anda lakukan pertama kali?

Yang pasti bersyukur lah dan yang aku ingin lakukan adalah spend time with family ini kalau memang kepilih melihat kondisi saat ini memang perjuangan yang panjang, perjuangan yang berat.

Kalau memang akhirnya terpilih yaitu sebagai hal yang pantas untuk disyukurilah aku ingin mensyukuri bersama keluarga dan juga bareng Abah.

Pasti orang banyak yang kepingin tahu setelah Abah itu resmi dideklarasikan sebagai calon presiden oleh Pak Surya Paloh apa yang paling berubah?

Kalau Abah terambil banyak waktunya tentu kalau selama ini kan kita melihat Abah urusannya mayoritas di Jakarta sekarang sudah hampir setiap minggu pasti ke luar kota. Jadi di aspek itu juga sudah berubah.

Apakah Anda juga melihat vitalitas Abah berubah gitu sehingga asupan makanannya juga dari emosinya berubah?

Enggak ada yang berubah paling selama ini berpikir provinsi sekarang sudah berpikir nasional gitu.

Bang Mikail bakal calon presiden atau calon presiden itu selalu menjadi bahan obrolan di sosial media dan Anda sebagai anak muda tentu mengikuti sosial media. Bagaimana Anda menghadapi dinamika di sosial media?

Memang aku cukup update sosial media untuk soal politik tapi kalau ada yang tidak sesuai pendapat yang sudah kita terima pendapat itu.

Tapi pernah nggak sesuatu yang sampai masuk ke hati Abang?

Oh enggak pernah kita sampai kebawa ke hati malah kadang ada yang lucu. Misalkan ada yang menghina Abah soal kebijakan tapi tidak sesuai dengan komentarnya merekalah gitu beritanya positif komentarnya negatif lucu kan.

Pada akhirnya kita enggak pernah bawa ke hati lah, enggak pernah emosi juga.

Ini terakhir soal pendapat pribadi Abang, tentu mendengar diskursus belakang ini mengenai politik dinasti karena kebetulan ada anak presiden menjadi calon wakil presiden. Menurut Abang sendiri bagaimana sebagai anak muda Gen Z?

Menurut aku kan yang penting prosesnya, selama ini Abah juga mengajarkan kita untuk mengikuti proses seperti yang dialami Kaisar selama jadi gubernur.

Semua keputusan dan semua kebijakan melalui proses dan itu sendiri diimplementasikan dalam keluarga kalau aku pasti mengikuti proses.

Abah selalu mengajakrkan kita untuk selalu mengikuti proses tersebut dan mengikuti prosedur.

Abang boleh memberikan closing statement mengenai hal yang Anda rasakan menjadi anak dari calon presiden?

Jadi Abah sudah menjadi calon presiden dan itu membuka mata saya sendiri terhadap masalah-masalah yang ada di Indonesia. Terhadap keluhan-keluhan dari masyarakat dan itu saya dengar dan lihat langsung.

Maka aku sendiri enggak pingin kondisi Indonesia seperti ini terus kita selalu ingin ada perkembangan kita ingin ada perubahan maka dari itu kita memperjuangkan perubahan demi kebaikan Indonesia. (Tribun Network/Reynas Abdila)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas