Anies Baswedan Klarifikasi Janjinya Tak akan Nyapres Lawan Prabowo, Singgung soal Komitmen
Anies Baswedan ceritakan janjinya di tahun 2019 tolak tawaran cawapres Prabowo dan tawaran capres dari 3 parpol
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Calon presiden (capres) nomor urut 1, Anies Baswedan, memberikan klarifikasi terkait pernyataannya tak akan nyapres ataupun menjadi poros ketiga dalam pencalonan Pilpres yang diikuti Prabowo Subianto.
Klarifikasi ini disampaikan Anies Baswedan saat menjawab pertanyaan dari seorang mahasiswa dalam forum "Tanyo Bang Anies" di Jambi, Kamis (14/12/2023).
Sebagaimana diketahui, pernyataan Anies Baswedan yang tak ingin mengkhianati Prabowo kembali menjadi topik pembahasan setelah debat perdana Pilpres 2024 digelar, Selasa (12/12/2023) lalu.
Baca juga: Habib Rizieq Masih Pertimbangkan Dukung Anies-Cak Imin Karena PKB Pernah Vokal Bubarkan FPI
Menjawab pertanyaan dari mahasiswa tersebut, Anies Baswedan menyinggung soal komitmen dirinya saat itu.
Ia mengungkapkan dirinya kala itu berkomitmen tak akan maju sebagai capres ketika Prabowo mengikuti kontestasi pemilihan presiden (Pilpres).
Anies Baswedan pun menegaskan komitmennya itu dibuat untuk menuntaskan pekerjaannya sebagai gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022.
"Karena saya sudah komit pada Pak Prabowo bahwa di 2019 ini saya akan konsentrasi di Jakarta (menjadi Gubernur) dan saya tidak akan memotong pencalonannya Pak Prabowo di 2019," ungkap Anies Baswedan saat menjawab pertanyaan dari mahasiswa di Jambi, Kamis.
Anies Baswedan menyebut ada tiga parpol yang menawarinya menjadi capres pada Pilpres 2019.
Sekalipun Anies ditawari oleh Prabowo untuk menjadi cawapresnya, Anies Baswedan juga menolak tawaran tersebut.
Ia menolak dengan alasan memegang komitmen menjadi gubernur.
Baca juga: Anies Dituding Jadikan Kasus Harun Al Rasyid demi Kepentingan Politik, Ini Kata Pengamat
"Bahkan di tahun 2018 saya diundang oleh beliau untuk menjadi cawapres dan saya sampaikan saya komit pada warga Jakarta."
"Pada saat yang bersamaan saya juga diminta oleh yang lain, ada tiga partai yang meminta saya untuk menjadi cawapres tahun 2019 saya diminta untuk menjadi capres, diminta ada saksinya di situ," ungkap Anies Baswedan.
Tawaran-tawaran itu ditolak Anies Baswedan karena ia memegang komitmen untuk merampungkan tugasnya di DKI Jakarta.
"Dan saya katakan tidak. Katakan tidak, kenapa? Karena saya sudah komit pada Pak Prabowo bahwa di 2019 ini saya akan konsentrasi di Jakarta dan saya tidak akan memotong pencalonannya Pak Prabowo di 2019. Ini komitmen saya di Jakarta," tegas Anies Baswedan.
Namun, setelah tugasnya menjadi Gubernur DKI Jakarata selesai, barulah Anies bersedia dicalonkan sebagai capres di Pilpres 2024.
"Ketika saya sudah tuntas di Jakarta, saya orang merdeka yang boleh mengambil keputusan," lanjut Anies Baswedan.
Baca juga: Pengamat Nilai Sindiran Anies pada Prabowo soal Oposisi Jadi Abu-abu: NasDem dan PKB di Pemerintahan
Bukan Hanya soal Utang Budi
Dilansir WartaKotalive.com, Anies Baswedan pernah membahas soal janjinya tidak nyapres bersama Prabowo Subianto saat menghadiri acara Mata Najwa pada 2018 silam.
Anies menegaskan, ia menolak tawaran menjadi capres bukan karena terikat utang budi dengan Prabowo.
Namun, menurutnya, menjadi Gubernur DKI Jakarta adalah kepercayaan dari Prabowo untuk Anies memberikan perubahan terhadap ibu kota agar lebih baik.
“Bukan hanya utang budi. Ini adalah kepercayaan luar biasa. Yang ditunjukkan Pak Prabowo bukan investasi budi."
"Yang ditunjukkan Pak Prabowo adalah cara-cara bernegara yang melampaui batas-batas partai politik. Itu yang dilakukan,” kata Anies Baswedan saat menjadi bintang di Mata Najwa tahun 2018 silam.
Kendati demikian, Anies Baswedan mengakui Prabowo Subianto adalah sosok yang mendukungnya, meski partai menentangnya.
“Kalau boleh cerita ini ceritanya agak emosional, karena ini proses ya."
"Bayangkan Anies waktu itu bukan dari bagian Gerindra-PKS, diundang menjadi calon gubernur, dan mayoritas dari pendukung Pak Prabowo menentang (pencalonan saya itu) dan Pak Prabowo sendiri yang memutuskan dan mempertahankan (keputusannya untuk memilih saya menjadi Cagub),” cerita Anies Baswedan.
Dijelaskan Anies Baswedan, kala itu partai pendukung Prabowo Subianto melarang untuk memilih dirinya sebagai calon Gubernur DKI Jakarta.
“Apa yang dikatakan, Pak Prabowo mengatakan tidak ada ruang untuk perasaan begitu sampai pada urusan negara. Itulah hidup bernegara,” kata Anies Baswedan.
Pada akhirnya, Anies Baswedan merasa bukan hanya utang budi yang ia punya.
Namun Anies Baswedan juga merasa terminologi hutang budi memberikan kesan bahwa ini seperti sebuah transaksi.
“Tidak, beliau mengatakan begini, Pak Anies, saya bukan lihat wajah anda. Saya lihat wajah kakek anda dan wajah kakek saya, mereka berdua mendirikan indonesia dan kita berjuang untuk indonesia."
"Ini bukan balas budi. Ini menunjukkan hubungan kita bukan hubungan transaksional,” tegas Anies Baswedan.
Sebagian artikel telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Anies Baswedan Tolak Jadi Calon Presiden Karena Emosional dengan Prabowo Subianto
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Chaerul Umam)(WartaKotalive.com/Theo Yonathan Simon Laturiuw)