Mahfud Kritik Food Estate Gagal, TKN: Masyarakat Jadi Paham kenapa Prabowo Ucap 'Ndasmu Etik'
Anggota Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran Drajad Wibowo membalas kritik cawapres nomor urut 2, Mahfud MD yang menyebut food estate sebagai program gagal.
Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Drajad Wibowo membalas kritik cawapres nomor urut 2, Mahfud MD yang menyebut food estate sebagai program gagal.
Drajad mengaku heran Mahfud mengkritik proyek food estate di hadapan publik.
Padahal, Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto merupakan menteri yang berada di bawah koordinasinya.
Secara etika, kata Drajad, seharusnya Mahfud tak mengkritik sesama menteri yang berada di bawah naungannya. Dengan begitu, ia pun menyebut Mahfud telah melanggar etika dalam pemerintahan.
"Saya justru heran kenapa Pak MMD (Mahfud MD) mengkritik ini di publik. Bukankah secara etika, menteri tidak saling mengeritik sesama menteri di publik. Apalagi Menhan di bawah Koordinasi pak MMD. Etikanya kan begitu," ujar Drajad saat dikonfirmasi, Selasa (19/12/2023).
Atas dasar itu, Drajad pun mengaku ia jadi paham Prabowo sempat viral mengucap 'ndasmu etik' di dalam acara internal partai Gerindra. Dia bilang, masyarakat jadi mengetahui alasan Prabowo mengucap hal tersebut.
"Tapi ada bagusnya sih. Masyarakat jadi lebih paham kenapa Pak Prabowo nyeletuk “ndasmu etik” sambil geleng-geleng kepala dan senyum simpul," katanya.
Sebagai Menko, kata Drajad, Mahfud sejatinya paham jika proyek food estate masih terhambat dalam kelembagaan dan anggaran. Pasalnya, prosesnya memang perlu waktu yang panjang.
Dijelaskan Drajad, proyek food estate saat ini masih memakai anggaran kecil dari Kementerian PUPR dan Kementerian Pertanian (Kementan). Namun, angkanya tidak mencapai triliunan rupiah seperti banyak informasi yang beredar.
"Belum ada anggaran Kemenhan yang terpakai krn menunggu selesainya proses di atas. Jadi secara tata laksana pemerintahan ya memang terlalu dini memberikan vonis bahwa food estate gagal," katanya.
Secara pemikiran, imbuh Drajad, usaha menggenjot produksi tanaman pertanian itu dipengaruhi dua hal. Yakni, luas panen dan produktifitas.
Ia menjelaskan produktifitas tergantung pada inovasi dan teknologi. Luas panen tergantung pada luas tanam dan faktor-faktor seperti pola tanam, benih, agronomi, ketersediaan air dan sebagainya selama usia tanaman.
"Food estate itu ikhtiar menambah luas tanam dan panen. Karena lahan subur di Jawa banyak yang beralih ke non-pertanian, sementara kompetisi penggunaan lahan makin sengit, dan pembukaan lahan hutan akan merusak lingkungan, FE adalah salah satu pilihan yang tersedia," katanya.
"Karena tanah untuk FE tidak seperti di Jawa, ya jangan berharap FE langsung jalan dalam satu musim tanam. Perlu beberapa musim tanam. Makanya saya mengusulkan agar di lokasi FE dibangun pusat riset seperti di Sukamandi," sambungnya.
Sebelumnya, calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 3 Mahfud MD menyebutkan proyek food estate yang digagas oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai program yang gagal.
Hal itu disampaikan dalam acara bedah visi misi di Universitas Ahmad Dahlan, Padang pada Senin, 18 Desember 2023.
Baca juga: Daftar Pondok Pesantren dan Tokoh Agama yang Didatangi Ganjar dan Mahfud MD Saat Kampanye Pilpres
"Food Estate yang sekarang banyak digembar-gemborkan, saya kira semua orang punya pesan itu gagal, " kata Mahfud saat menjadi pembicara di dalam acara bedah visi misi di Universitas Ahmad Dahlan, Padang, Sumatera Barat, Senin (18/12/2023).
Mahfud memiliki alasan tersendiri mengapa menuding program food estate sebagai kegagalan. Sebab, pemerintah menyiapkan lahan tetapi tidak ada yang menggarap lahan tersebut.
"Kenapa? karena kita menyediakan lahan yang besar, tidak dipikirkan bahwa lahan yang besar dengan modal yang besar itu harus ada petani. Sementara, lahan yang disediakan itu tidak ada orangnya, siapa yang mau bertani di situ?" tutup Mahfud.