Anies Bertekad Wujudkan Revolusi Agromaritim, Beberkan Lima Pilar Utama Capai Kemandirian Pangan
Menurut Anies, dalam mewujudkan revolusi agromaritim, dia ingin melakukan perubahan secara menyeluruh di seluruh sektor agromaritim.
Editor: Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon Presiden nomor urut 1 Anies Baswedan memaparkan visi dan misinya dalam Food and Agriculture Summit III di IPB Bogor. Menurut Anies, dalam mewujudkan revolusi agromaritim, maka ada lima pilar utama.
“Ini agriculture dalam arti yang luas, yang maknanya pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan kelautan,” ujar Anies, Senin (18/12/2023).
Lima pilar utama dalam mewujudkan revolusi agromaritim itu, papar Anies, pertama, adalah manusianya. Kedua, inovasi. Ketiga, reindustrialisasi. Keempat, regulasi. Dan kelima institusi.
Baca juga: Hadiri Food & Agriculture Summit, Anies: Hanya Paslon Nomor Satu yang Miliki Visi Misi Agromaritim
“Kita ingin melakukan upscaling kepada petani dan nelayan. Dan tentu saja regenerasi bagi mereka. Pengembangan secara serius riset dan inovasi teknologi. Lalu peningkatan nilai tambah produk agromaritim. Ini reindustrialisasi yang tadi disampaikan,” papar Anies.
Anies mengungkapkan, dalam sembilan tahun terakhir, sesungguhnya terjadi fenomena deindustrialisasi di Indonesia.
“Lalu kebijakan-kebijakan yang harus ditata ulang. Termasuk urusan impor. Konsistensi kebijakan dari hulu ke hilir yang harus ditata dengan baik,” terang dia.
Baca juga: Jusuf Kalla Dukung AMIN, Cak Imin: Alhamdulillah Jadi Semangat Buat Saya dan Mas Anies
Terakhir, kata Anies, bagaimana tata kelola bersifat kolaborasi.
“Di sini ada regulasi. Fungsi regulasi memberi rasa keadilan, memberi distribusi manfaat yang jelas, dan memberikan kepastian hukum. Kalau tidak memenuhi ini, maka regulasi itu tidak bisa menjalankan fungsinya sebagai regulasi yang sesungguhnya,” ucapnya.
Perubahan Secara Menyeluruh di Sektor Maritim
Menurut Anies, dalam mewujudkan revolusi agromaritim, dia ingin melakukan perubahan secara menyeluruh di seluruh sektor agromaritim.
“Kami ingin ini dikerjakan dengan keseriusan. Banyak agenda kampanye, politik yang tidak dipikirkan seberapa bisa ia dieksekusi. Banyak yang membawa janji, tapi tak bersenyawa dengan janjinya. Selesai pemilu, dia lupa dengan apa yang dipidatokan,” ujar Anies.
Karena itu, kata dia, ia ingin bersenyawa betul dengan ini. “Kami siapkan dua track, berkampanye dan tim policy (kebijakan, red). Tim policy ini sudah bekerja setahun menyusun semua. Bila Allah takdirkan, tim sudah siap dengan seluruh gagasan untuk dibawa bagi perubahan supaya komprehensif,” ujar Anies.
Anies mengungkapkan, dia ingin berubah dari kebijakan impor pangan yang serampangan dengan tanpa perencanaan yang matang, tanpa strategi jangka panjang, kebijakan jangka pendek, tapi kemudian dijalankan secara repetitif dalam durasi yang panjang, sehingga ia seakan menjadi policy jangka panjang.
“Kita ingin kemandirian pangan. Kemudian dari harga pangan tinggi, menjadi harga pangan terjangkau. Dari nelayan dan petani yang menderita, menjadi petani dan nelayan yang sejahtera,” papar dia.
Anies mengungkapkan, perlu perubahan dari program sektoral tak terintegrasi dan tumpang tindih, menjadi kelembagaan yang kuat, kolaboratif, dan sinergis.
Baca juga: Anies Baswedan Soal Posisi Utang Indonesia Rp 8.041,01 Triliun hingga Akhir November 2023
“Dari agromaritim konvensional menjadi agromaritim yang berkelanjutan. Hampir semua desa nelayan adalah desa yang miskin. Kalau di desa, penerima bansos adalah orang yang punya profesi petani, nelayan. Tapi mereka tidak bisa menghidupi dirinya dari profesinya,” ungkap Anies.
Selama ini di Indonesia, ujar Anies, kemiskinan didekati sebagai masalah sosial. Karena itu, diselesaikan lewat Kementerian Sosial.
“Di sisi lain, kalau kita selesaikan sebagai masalah ekonomi, maka kebijakan tata niaganya diperbaiki, sehingga pelaku-pelaku ekonomi yang pendapatannya kurang mereka bisa meningkat. Sehingga mereka tidak terus menjadi penerima bansos. Ini pendekatannya berbeda. Mau kita lihat sebagai masalah sosial atau masalah ekonomi,” ucapnya.
Harga Pangan yang Timpang
Menurut Anies, tanpa ada keseriusan untuk menangani soal keadilan, maka persatuan itu sulit dijaga. Persatuan dalam ketimpangan itu sulit ditemukan.
“Terjadi kesetaraan, terjadi keadilan. Dari situ muncul persatuan. Persatuan yang sebenarnya. Ada persatuan tapi semu, dengan dijaga angkatan bersenjata. Itu pernah kita rasakan dulu pada zaman Orde Baru,” ujar Anies.
Tantangan dan yang menjadi concern kita, ujar Anies adalah harga pangan yang timpang dan tak terjangkau.
“Kemudian petani dan nelayan yang belum sejahtera, kerentanan pangan akibat ketergantungan pada impor, tantangan global karena ada krisis iklim, ada kenyataan bahwa petani kita mayoritas berusia di atas 43 tahun, lalu kenaikan harga pangan,” katanya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengungkapkan, lebih dari separuh pengeluaran masyarakat di Indonesia adalah untuk pengeluaran pangan.
“Kita berhadapan dengan kenyataan, penduduk bertambah lahan pertanian berkurang. Tantangan ini semua untuk mewujudkan revolusi agromaritim. Di antara tiga pasang calon presiden, visi misi yang menyebutkan diksi (pilihan kata, red) agromaritim hanya visi misi calon presiden nomor satu,” terang Anies.
Baca juga: Kampanye di Mataram, Anies Sebut KPK Kini Lunglai, Janji Kembalikan Marwah Berantas Korupsi
Menurut Anies, dalam bayangannya, Indonesia menjadi negara maju itu kriterianya bukan industri, bukan advance modern.
“Tapi apabila kita bisa menyebut diri kita a learning nation. Kalau kita bisa menyebut diri kita bangsa pembelajar, maka kita sampai pada era maju,” katanya.