Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ketua Persepi Beri Catatan Kritis Terhadap Indikator Politik Indonesia Terkait Survei Debat Cawapres

Philips menyoroti perihal cara dua cara yang digunakan dalam survei untuk mendapatkan responden yakni RDD dan DS. 

Penulis: Gita Irawan
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Ketua Persepi Beri Catatan Kritis Terhadap Indikator Politik Indonesia Terkait Survei Debat Cawapres
KPU
Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD dalam dalam debat cawapres 2024, Jumat (22/12/2023). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga survei Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei telepon terbarunya terkait persepsi publik atas debat perdana calon wakil presiden (cawapres).

Pendiri Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengungkapkan berdasarkan temuan survei tersebut menunjukkan penonton debat cawapres lebih sedikit dibandingkan dengan penonton debat calon presiden (capres).

Sebagian besar masyarakat (63,9 persen), kata dia, tidak menonton debat cawapres.

Baca juga: TKN Bantah Prabowo-Gibran Sulit Menang di Batang Jateng, Ini Hasil 4 Survei Capres-Cawapres Desember

Berdasarkan hasil survei tersebut, kata dia, sebanyak 56,2% responden menilai cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka tampil paling baik dibandingkan dua cawapres lainnya. 

"Kalau kita tanya siapa yang dianggap oleh penonton debat cawapres ini yang unggul yang tampil baik dalam debat tersebut, mayoritas menganggap Gibran sebagai pemenangnya (56,2%)," kata Burhanuddin di kanal Youtube Indikator Politik Indonesia pada Selasa (26/12/2023).

"Peringkat kedua Prof Mahfud MD 24,2%, peringkat ketiga Muhaimin Iskandar 12,3% (tidak tahu/tidak jawab 7,3%)," sambung dia.

Baca juga: Soal Gibran Lontarkan Istilah SGIE, Mahfud Harap Debat Bahas Hal yang Substansial

Berita Rekomendasi

Burhanuddin menduga, hal tersebut dipengaruhi ekspektasi terhadap Gibran sebelum debat yang terlalu rendah. 

Ia menduga sebelum debat Gibran diposisikan sebagai cawapres yang tidak diunggulkan dalam debat.

"Jadi ini the beuty of being under dog. Kalau orang diposisikan sebagai underdog, itu enak. Karena kalau jelek, ah wajar, underdog, anak ingusan. Tapi kalau bagus sedikit wah langsung dianggap bagus," kata dia.

Survei tersebut juga coba memotret persepsi publik terhadap cara ketiga cawapres menyampaikan program kerjanya dengan pertanyaan: "Menurut Ibu/Bapak cawapres mana yang paling bagus program kerjanya?".

Hasilnya, kata dia, sebanyak 42,9% responden memandang program kerja yang disampaikan Gibran lebih bagus.

"Lagi-lagi polanya sama, meskipun tidak mayoritas ya menganggap program Gibran lebih bagus (42,9%). Disusul Mahfud (25,3%), kemudian Muhaimin (19,7%)," kata dia.

Survei juga memotret persepsi publik terhadap cara ketiga cawapres menyampaikan pendapat dengan pertanyaan: "Menurut Ibu/Bapak cawapres mana yang paling bagus cara menyampaikan pendapat atau gagasannya?"

Lagi-lagi, kata dia, Gibran unggul.

"Sama. Gibran unggul (45,8%), (Mahfud MD 30,2%, Muhaimin Iskandar 13,9%, dan Tidak tahu/tidak jawab 10,0%)" kata Burhanuddin.

Survei tersebut ditampilkan setelah sebelumnya Burhanuddin menyampaikan hasil survei terkait lainnya.

Hasil yang disampaikan Birhanuddin antara lain kondisi ekonomi nasional, kondisi penegakan hukum nasional, kinerja presiden, kinerja presiden memurut demografi dan wilayah, pilihan partai DPR RI, tren pilihan partai DPR RI, alasan utama memilih partai, basis partai menurut demografi, basis partai menurut wilayah, simulasi 3 pasangan nama pilihan presiden, tren simulasi 3 pasangan nama, simulasi 3 pasangan capres menurut demografi, dan simulasi 2 pasangan nama.

Selanjutnya, Burhanuddin memaparkan hasil survei terkait debat capres 12 Desember 2023, debat capres 12 Desember 2023 menurut pilihan partai dan pasangan capres-cawapres, capres yang paling bagus program kerjanya dengan basis responden yang menyaksikan debat, capres yang paling bagus cara menyampaikan pendapatnya dengan basis responden yang menyaksikan debat, dan efek debat capres terhadap dukungan pasangan calon.

Kemudian, Burhanuddin lanjut memaparkan hasil survei terkait debat cawapres 22 Desember 2023, debat cawapres 22 Desember 2023 menurut pilihan partai dan pasangan capres-cawapres, cawapres yang paling bagus program kerjanya dengan basis responden yang menyaksikan debat, cawapres yang paling bagus cara menyampaikan pendapatnya dengan basis responden yang menyaksikan debat, dan efek debat cawapres terhadap dukungan pasangan calon.

Burhanuddian kemudian menjelaskan hasil survei terkait tingkat kedisukaan terhadap capres dan cawapres, tren kedisukaan capres dan cawapres, sumber informasi dan sikap politik terkait masalah sosial, politik, dan pemerintahan, pilihan partai menurut sumber informasi dan sikap politik terkait masalah sosial, politik, dan pemerintahan, debat capres menurut sumber informasi dan sikap politik terkait masalah sosial, politik, dan pemerintahan, dan debat cawapres menurut sumber informasi dan sikap politik terkait masalah sosial, politik, dan pemerintahan.

Dalam paparan yang disampaikan Burhanuddin, satu di antara sejumlah kesimpulan survei tersebut adalah secara agregat tampak acara debat tidak terlalu banyak mengubah peta elektoral pasangan capres-cawapres. 

Selain itu, dibanding dengan sebelum acara debat digelar distribusi dukungan terhadap pasangan capres-cawapres tidak banyak mengalami perubahan signifikan.

Baca juga: Jawab Tudingan Roy Suryo, Stasiun TV Panitia Debat Tegaskan 3 Cawapres Pakai Mic yang Sama


Metodologi yang Diklaim

Periode survei telepon dilakukan pada 23 sampai 24 Desember 2023.

Target populasi survei adalah warga negara Indonesia yang berusia 17 tahun dan atau sudah menikah dan memiliki telepon atau ponsel, sekitar 83% dari populasi nasional

Sampel sebanyak 1217 responden dipilih melalui kombinasi metode Random Digit Dialing (RDD) (265) responden) dan Double Sampling (DS) (952 responden).

RDD adalah proses pembangkitan nomor telpon secara acak, sementara DS adalah pengambilan sampel secara acak dari kumpulan data hasil survei tatap muka yang dilakukan sebelumnya.

Margin of error--MoE diperkirakan ±2,9% pada tingkat kepercayaan 95%, asumsi simple random sampling.

Wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang sudah terlatih dan profesional.


Catatan Kritis Ketua Persepi

Ketua Perhimpungan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) Philips J Vermonte menyoroti sejumlah hal dalam survei yang dilakukan oleh Lembaga survei Indikator Politik Indonesia.

Hal pertama yang disorot oleh Philips adalah terkait dengan metode survei telepon.

Philips menyoroti perihal cara dua cara yang digunakan dalam survei untuk mendapatkan responden yakni RDD dan DS. 

Selain itu, ia juga menyoroti terdapat kurang lebih 17% populasi survei yang tidak punya telepon. 

"Tetapi, mungkin pertanyaannya adalah bagaimana menghitung error dari dua metode generating sampling ini? Karena di catatan yang disampaikan Prof Burhan, errornya dituliskan assuming simple random sampling," kata Philips.

"Padahal mungkin ini ada error bertingkat kayaknya. Tapi saya hanya bertanya, mungkin perlu jadi diskusi panjang juga di kalangan method enthusiast. Mungkin ada efek matematisnya," sambung dia.

Selanjutnya, Philips menyoroti terkait urut-urutan atau sequence pertanyaan survei.

Karena survei tersebut merupakan survei persepsi publik, kata dia, maka akan ada aspek psikologis terlibat di dalamnya.

"Karena pertanyaan tentang elektabilitas, kalau lihat urutan slide, misalnya kalau ada pemilu hari ini anda akan pilih siapa? Itu ditanyakan sebelum pertanyaan tentang debat," kata dia.

"Jadi, jangan-jangan kalau sequencenya dibalik, tanya tentang debatnya dulu, lalu ditanya kalau ada pemilu hari ini, anda akan pilih siapa, mungkin bisa lain (hasilnya). Karena dalam proses pertanyaan, dia sudah memikirkan lagi tentang debatnya," sambung dia. 

Menurut Philips, ada kemungkinan ketika urutan pertanyaan dalam survei dibuat berbeda maka hasilnya juga akan berbeda.

"Karena kalau dia ditanya duluan, itu pre disposisi kan, sebelum ditanya tentang debat ditanya kalau ada pemilu hari ini anda akan pilih siapa. Sehingga tidak ada proses kognitif ketika menjawab. Saya tidak tahu bagaimana teman-teman di Indikator melakukan sequencing," kata dia.

"Saya kira juga, banyak studinya, sequencing pertanyaan itu mungkin ada impactnya terhadap bagaimana responden menjawab pertanyaan-pertanyaan," sambung dia.

Ia pun mempertanyakan perihal ada atau tidaknya pertanyaan tentang kemantapan pilihan.

Pertanyaan tersebut, kata Philips, misalnya setelah debat ini, apakah anda sudah mantap dengan pilihan anda? Atau anda akan berubah dan lain-lain? 

Biasanya, kata dia, dalam pertanyaan terkait debat pertanyaan-pertanyaan tersebut akan muncul. 

Sehingga, kata dia, bisa didapati ada atau tidak ada efek elektoral dari debat tersebut.

"Kalau misalnya tadi ditanyakan di depan, siapa yang anda akan pilih, lalu jawabannya 46% Pak Prabowo, Pak Ganjar 24%, Pak Anies 21% itu belum ada pertanyaan tentang debat," kata dia.

"Kemudian baru di belakang ditanya bagaimana penilaian dia tentang debat. Jadi kita sebetulnya tidak bisa lihat efeknya itu Prof Burhan, kalau menurut saya, kecuali kalau ditanya terbalik urutannya. Baru mungkin kita bisa bilang," sambung dia.

Berbeda dengan kesimpulan survei tersebut, Philips berpendapat debat publik para capres atau cawapres adalah hal yang penting.

Tidak hanya bagi para paslon yang akan bertanding, kata dia, namun juga bagi publik.

Satu di antaranya, kata dia, karena besarnya jumlah masyarakat yang menonton debat berdasarkan hasil survei tersebut.

"Karena itu saya setuju, debat ini akan tetap penting juga. Karena kalau lihat datanya Prof Burhan tadi, hampir 50% nonton debat. Bahwa yang lebih banyak nonton debat pemilihnya Pak Anies dan Pak Ganjar dibandingkan pemilih Pak Prabowo, itu lain soal," kata dia.

"Tapi kalau hampir 50% nonton, mungkin itu cukup sangat signifikan ya, karena tinggi juga ya hampir 50% pemilih nonton debat. Karena itu, saya kira dia akan tetap penting juga karena dari situ orang bisa melihat, dan mungkin kita harus dorong juga," sambung dia. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas