Maraton Bertemu Parpol Pengusung Prabowo, Hubungan Jokowi dengan PDI Perjuangan Tak Bisa Ditolong
Adi Prayitno angkat bicara soal keakraban Presiden Joko Widodo dengan ketua umum partai politik pengusung pasangan calon Prabowo Subianto dan Gibran.
Penulis: Wahyu Aji

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno angkat bicara soal keakraban Presiden Joko Widodo dengan ketua umum partai politik pengusung pasangan calon Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Pertemuan dilakukan maraton dengan Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto hingga Zulkifli Hasan.
Terkait hal itu Adi menilai langkah ini sudah memperlihatkan kemana arah dan sikap politik Jokowi
"Kalau bicara tentang chemistry dan kepentingan politik Jokowi dengan PDI Perjuangan di 2024 saya kira sudah beda mazhabnya dan itu sudah tidak bisa ditolong," kata Adi dalam tanyangan Sapa Indonesia Pagi Kompas TV, Selasa (9/1/2024).
Adi menjelaskan ke depan tak perlu lagi ada spekulasi soal kemana arah politik Jokowi
"Kalau Pak Jokowi tetap dengan PDIP, tentu tegak lurus dengan PDIP yang memutuskan mengusung Ganjar Pranowo dan Mahfud MD sebagai kandidat Pilpres yang akan mereka menangkan," ujarnya.
Tidak hanya itu Jokowi juga dipastikan tidak hadir di HUT ke-51 PDI Perjuangan.
Benarkah ini semakin memperjelas arah dukungan Jokowi di pilpres 2024?
Lalu bagaimana hubungan antara PDIP dan Jokowi?
"Yang menarik sebenarnya adalah pertemuan maraton yang dilakukan Pak Jokowi, bertemu dengan Pak Prabowo, kemudian dengan Airlangga Hartarto, dengan Zulhas yang salah satu jadi pertanyaan publik adalah kenapa dengan Ketua Umum Demokrat kok tak diajak bicara ini ada apa? gitu kira-kira," katanya.
Adi menganalisa soal kemungkinan pertemuan maraton dengan ketua umum partai politik pendukung paslon 02 juga membahas soal strategi pemenangan.
"Tapi overall bagi saya mencoba menebak, mungkin peretemuan yang maraton dengan parrpol Pendukung Prabowo mungkin mereka ingin semakin mengokohkan lolos di satu putaran. Kedua juga sangat mungkin juga antisipasi-antisipasi lain soal kemunkinan dua putaran. Karena sampai saat ini kalau kita baca survei yang dirilis secara terbuka lembaga yang kredibel, belum ada satupun paslon yang mencapai 50 plus sekian," ujarnya.
Tebakan selanjutnya, Adi menjelaskan bahwa bukan tak mungkin ada skenario kedua jika Pilpres 2024 berjalan dua putaran.
"Pertemuan Jokowi dengan ketum-ketum partai pendukung Prabowo bisa diasumsikan ada skenario yang kedua, kalau pilpres dua putaran maka layak bagaimana membangun komunikasi dengan paslon lain entah itu nomor 1 atau nomor 2. Jangan-jangan pernyataan Pak Prabowo yang tiga kali mengamini soal pernyataan pernyataan Ganjar ini juga bagian dari mukadimah atau pengantar untuk melakukan komunikasi andai ada dua putaran," kata Adi berkelakar.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.