Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

9 Aksi Caleg Gagal Terpilih di Pemilu Lalu, Ada yang Tarik Bantuan dan Stres, Bagaimana Pemilu 2024?

Pemilu akan memilih anggota legislatif di DPR dan DPRD Kabupaten/Kota/Provinsi atau Pemilu Legislatif (Pileg).

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in 9 Aksi Caleg Gagal Terpilih di Pemilu Lalu, Ada yang Tarik Bantuan dan Stres, Bagaimana Pemilu 2024?
Tribun Jabar
Ilustrasi caleg di Pemilu 2024. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Pemilu serentak 2024 tinggal 30 hari lagi, tepatnya 14 Februari 2024.

Pemilu akan memilih anggota legislatif di DPR dan DPRD Kabupaten/Kota/Provinsi atau Pemilu Legislatif (Pileg).

Pemilu juga akan memilih presiden dan wakil presiden RI atau Pemilu Presiden (Pilpres).

Untuk Pileg akan diikuti ribuan calon anggota legislatif (caleg) seluruh Indonesia.

Berkaca pada Pileg sebelumnya, biasanya ada caleg yang melakukan aksi tidak terpuji saat tidak terpilih.

Ada yang stres hingga masuk rumah sakit jiwa bahkan ada pula yang menarik bantuan yang diberikan kepada warga karena merasa tidak dipilih.

Baca juga: Reaksi Anies, Ganjar hingga Kubu Prabowo soal Temuan PPATK Dana Luar Negeri Caleg dan Parpol

Di Pileg, caleg mengeluarkan tenaga dan dana kampanye hingga miliar rupiah untuk menggaet pemilih dengan beragam kebutuhan baik alat peraga kampanye atau bantuan lain kepada para pemilih.

Berita Rekomendasi

Berikut aksi dan dampak yang dialami caleg yang tidak terpilih pada Pemilu 2014 dan 2019 lalu sebagaimana dirangkum Tribunnes.com, Minggu (14/1/2024):

1. Stres, Caleg YA Mandi Kembang

Salah satu caleg berinisial YA mendatangi Padepokan Anti Galau Yayasan Al Busthomi di Cirebon Jawa Barat pada Pemilu 2019 lalu.

Dirinya merasa pesimistis atas hasil usahanya menjadi DPRD Kabupaten Cirebon.

Sesampainya di padepokan yang beralamat di Desa Sinarrancang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon itu, YA menjalani ritual mandi kembang.

Ia mengaku saat maju sebagai caleg kemarin, dirinya hanya bermodal keyakinan dan jaringan keluarga juga teman.

“Kemungkinan suara sih biasa-biasa saja, karena saya juga tidak menggunakan kekuatan yang kuat, hanya kepercayaan diri, keluarga, teman, dan sahabat,” kata YA seusai menjalani mandi kembang.

Menurut pemimpin padepokan Ustad Ujang Bushtomi, ia menggunakan mandi kembang sebagai media ketenangan bagi pasiennya.

Sembari memandikan pasiennya, Ujang membacakan ayat-ayat Al Quran dan meminta si pasien untuk berdzikir.

2. Caleg Tarik Bantuan Karena Tidak Terpilih

HY, seorang caleg di Cimahi, Jawa Barat, menarik bantuan yang telah diberikan kepada warga.

Hal itu dilakukannya karena diduga caleg tersebut tidak puas dengan raihan suara pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 yang jumlahnya sangat minim dan tidak sesuai target.

Dikutip dari Tribun Jabar, HY menarik bantuan berupa aspal yang akan digunakan untuk memperbaiki jalan di sekitar kompleks Puri Cipageran 1 Blok H2, RT 2/28, Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi.

Ketua RT setempat saat itu mengatakan bahwa memang raihan suara HY kurang baik di wilayah tersebut, hanya sekitar lima suara.

"Mungkin dia melakukan hal itu karena perolehan suara HY di daerah itu hanya sedikit. Memang berdasarkan informasi, suara milik HY cukup minim, tidak lebih dari lima suara sepertinya," ujar ketua RT itu saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (26/4/2019).

3. Kembalikan Bantuan Karpet Masjid

Warga di Kelurahan Tomolou, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara tiba-tiba, mengembalikan seluruh bantuan yang diberikan caleg berinisial AH pada Jumat (19/04/2019).

Pengembalian bantuan berupa karpet untuk masjid desa dan jam duduk besar itu dipicu oleh sambutan caleg itu  saat shalah Jumat.

"Jemaah yang ikut shalat Jumat itu terbawa amarah yang tidak bisa dibendung lagi, mereka langsung berteriak agar caleg itu  keluar dari masjid dan meninggalkan Kelurahan Tomalou, karena di tempat ibadah ini AH  menyinggung soal bantuan di Masjid Tomalou. Dari bantuan itu kata AH sudah diberikan, namun suara yang ia dapat di Kelurahan Tomalou tidak singnifikan," ujar Saiful, salah satu warga, Jumat (19/4/2019).

4. Caleg Meninggal Usia Dengar Kabar Tak Lolos

Seorang calegdi Kota Tasikmalaya berinisial EM  meninggal dunia seusai mengetahui dirinya kalah di pemilihan legislatif daerah, Jumat (19/4/2019).

EM  terserang penyakit jantung di rumahnya saat penghitungan suara internal bersama timnya.

Tak berselang lama, caleg   itu langsung ambruk dan meninggal dunia di kediamannya, Kampung Kecapi, Kelurahan Sambongpari, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Jumat.

"Ya, mohon doanya kepada rekan kami yang meninggal. Bu Euis adalah bendahara di partai kami. Memang selama tiga bulan terakhir dia punya riwayat penyakit jantung. Tapi, saat mengetahui kalah di pileg, beliau langsung drop dan meninggal di rumahnya pagi tadi," jelas Sekretaris DPC PDIP Kota Tasikmalaya Kepler Sianturi kepada wartawan kala itu.

5. Bakar Surat Suara

Kecewa hasil pemungutan suara, sejumlah calon legislatif (caleg) di beberapa wilayah di Indonesia nekat membakar logistik pemilu di tempat pemungutan suara (TPS) usai Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 lalu.

Salah satunya adalah caleg di Kabupaten Maluku Tenggara berinisial LPR, yang nekat membakar 15 kotak suara di desanya.

Selain itu, ada KS yang membakar 13 kotak suara bersama komplotannya di Jambi. KS kecewa usai melihat hasil suara di sejumlah TPS ternyata tak sesuai harapannya.

Sementara itu, pembakaran juga terjadi di Papua.

Komisioner KPU Ilham Saputra saat itu membenarkan adanya aksi pembakaran kotak suara di Papua pada 23 April, tepatnya di Distrik Tingginambut.

"Saya sudah konfirmasi ke Ketua KPU Papua. Kejadian terjadi kemarin tanggal 23 April 2019, di Distrik Tingginambut," kata Ilham.

6. Curi Kotak Suara

Seorang oknum caleg berinisial MT  nekat mencuri kotak suara karena merasa kecewa karena perolehan suaranya jauh dari harapan.

Peristiwa yang terjadi saat pileg 2014 tersebut menjadi sorotan masyarakat.

Saat itu, dengan penuh emosi, mt  mengajak Asmad (50) keluar rumah untuk menuju TPS 2 Dusun Cekocek, Desa Bierem, Kecamatan Tambelangan, Kabupaten Sampang.

Di TPS tersebut keduanya langsung mengambil paksa sebuah kotak suara tanpa permisi.

7.  Tutup Jalan Desa

Seorang caleg di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur ( NTT) menutup akses jalan ke permukiman penduduk.

Hal itu diduga kuat karena caleg yang bersangkutan gagal lolos di Pemilu 2019 lalu.

Caleg yang tidak disebutkan identitas dan parpol pengusungnya itu, menurunkan tanah, batu, dan pasir di 10 titik jalan menuju Desa Marapokot dan Desa Nangadhero, Kecamatan Aesesa sejak Selasa (23/4/2019) malam.

"Kejadian kemarin, caleg itu menutup jalan permukiman warga. Mungkin enggak banyak yang nyoblos. Belum tahu nama dan asal parpol karena kita belum lakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan," ungkap Kapolres Ngada AKBP Andhika Bayu Adhittama kala itu, Kamis (25/4/2019) pagi.

Akibatnya, aktivitas warga terganggu, karena hanya bisa dilewati dengan berjalan kaki. Sementara, pengendara sepeda motor dan kendaraan roda empat tidak bisa melintas.

8. Bongkar Rumah Lansia

Setelah tahu gagal lolos,  seorang caleg berinisial L di Kabupaten Kolaka Utara (Kolut), membongkar rumah pasangan suami istri lanjut usia (lansia) yang tinggal di lahan miliknya.

Pasangan suami istri, Gogo (67) dan Hanna (67), warga Desa Lawolatu, Kecamatan Ngapa, Kolaka Utara, akhirnya pasrah saat rumahnya yang dibangun di lahan milik caleg itu dibongkar warga sekitar.

Caleg itu menuding pasangan lansia itu tidak memilih dirinya pada Pemilu 17 April 2019 lalu.

Sementara itu, Gogo dan istrinya sudah 10 tahun mendirikan rumah di lahan milik Lukman tersebut.

9. Balik Jualan Kopi

ES (44)  yang berprofesi sebagai penjual kopi keliling ini hanya meraup 39 suara saja di Kecamatan Cibeber yang menjadi daerah pemilihannya.

Walaupun penghitungan suara di dapilnya di Kecamatan Cibebe belum rekapitulasi, tapi ES sudah pasrah karena perolehan suaranya kecil.

"Setiap kelurahan paling hanya 5 atau 7 suara. Rata-rata di bawah 10," kata Eha, saat dihubungi Kompas.com, melalui telpon, Jumat (26/4/2019).

Namun, kenyataan tersebut tidak membuatnya depresi atau emosi. Dirinya sadar jika dalam kompetisi ada yang menang dan kalah.

ES  mengaku akan kembali ke rutinitas lamanya yakni berjualan kopi keliling di Pasar Induk Kranggot, Kota Cilegon.

Antisipasi di Pemilu 2024

Berkaca pada kasus sebelumnya, biasanya ada calon anggota legislatif atau caleg yang stres setelah Pemilihan Umum (Pemilu).

Umumnya caleg itu stres karena gagal terpilih jadi anggota Dewan (legislatif).

Oleh karena itu pada Pemilu 2024 ini, sejumlah rumah sakit di Indonesia mengantisipasi hal itu.

Rumah sakit menyiapkan ruangan khusus untuk mengantisipasi caleg yang mengalami stres atau gangguan jiwa akibat gagal dalam pemilihan legistlatif (Pileg) di Pemilu 2024.

Rumah Sakit Oto Iskandar Dinata, Soreang, Bandung Jawa Barat, misalnya.

Ini adalah salah satu rumah sakit yang menyiapkan ruangan khusus untuk caleg yang mengalami gangguan mental.

Tidak hanya itu, pihak RS Oto Iskandar Dinata juga menyiapkan dokter spesialis jiwa dan bagi calon legislatif yang stres usai mengikuti kontestasi Pemilu 2024.

BACA SELENGKAPNYA: Antisipasi Caleg Stres yang Gagal di Pemilu 2024, Rumah Sakit Mulai Siapkan Dokter Spesialis Jiwa

Sumber: Kompas.com/Tribunnews.com/Tribun Jabar

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas