Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Capres Pertama Kunjungi Banda Neira, Ganjar: Indah dan Penuh Sejarah

Ganjar bersyukur mengunjungi pulau kecil penghasil pala, yang terkenal pada peta sejarah dunia, juga bangsa Indonesia.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Capres Pertama Kunjungi Banda Neira, Ganjar: Indah dan Penuh Sejarah
Ist
Ganjar Pranowo saat berbincang dengan milenial di Kota Ambon di RM 88, Jl. Y. Syaranamual, Poka, Kec. Tlk. Ambon, Kota Ambon, Maluku, Senin (29/1/2024). 

TRIBUNNEWS.COM, BANDA NEIRA - Calon Presiden (Capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo, menjadi capres pertama yang mengunjungi Pulau Banda Neira, Maluku Tengah, dalam rangkaian kampanye Pilpres 2024.

Tiba di Banda Neira pada Selasa (30/1/2024), Ganjar bersyukur mengunjungi pulau kecil penghasil pala, yang terkenal pada peta sejarah dunia, juga bangsa Indonesia.

Capres berambut putih itu, langsung blusukan ke pasar rakyat, Pantai Lanena, rumah mantan Perdana Menteri Indonesia pertama Sutan Sjahrir dan rumah mantan Wapres Pertama Republik Indonesia, Muhammad Hatta atau Bung Hatta.

Di sana, Ganjar disambut masyarakat setempat dengan antusias. "Memang betul-betul indah, penuh dengan sejarah," ujar Ganjar, Rabu (30/1/2024).

Ganjar menceritakan, Banda Neira memiliki keindaahan alam yang luar biasa, serta potensi alam yang sudah diakui dunia, di antaranya sebagai penghasil Pala terbesar di dunia, bahkan pernah dijajah oleh Eropa untuk mengambil Pala dari wilayah tersebut.

"Alhamdulillah bisa tiba di Banda, ada sejarah yang cukup panjang, penjajahan yang cukup lama, karena orang mencari pala. Diceritakan di Eropa itu kalau orang punya Pala, kehidupan dan derajatnya naik. Ternyata Pala punya fungsi yang banyak sekali dan itu dari kita (Indonesia)," ujar Ganjar.

Ganjar juga menyoroti pentingnya situs-situs bersejarah di Banda Neira bagi sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, khususnya rumah pengasingan Bung Hatta dan Sutan Syahrir.

Berita Rekomendasi

"Ini cara kita mengedukasi," ujarnya, sambil menunjuk pada meja-meja untuk anak sekolah di rumah pengasingan Bung Hatta.

Dia mengungkapkan, belajar dari sosok proklamator, Bung Karno dan Bung Hatta, pasangan calon (Paslon) 3, Ganjar-Mahfud, menyadari betapa pendidikan menjadi kunci kemajuan.

Hal itu, dibuktikan Bung Hatta yang tetap setia mengedukasi masyarakat di Pulau Banda untuk berjuang menentang penjajahan Belanda, meskipun sedang dalam pengasingan.

"Maka kalau hari ini tidak memberikan fasilitas pendidikan, rasa-rasanya kita akan sulit maju. Inilah yang ada di Banda untuk kita bisa tahu bagaimana Pahlawan Revolusi kita berjuang, bagaimana ujung-ujung Indonesia yang hebat, dan Banda ini kecil tapi ceritanya mendunia. Saya sangat suka sekali," papar Ganjar.

Melihat keindahan alam dan keramahan penduduknya, Ganjar pun memahami arti perkataan Sutan Sjahrir yang mencintai Banda Neira meskipun diasingkan pemerintah belanda di pulau kecil tersebut.

"Jangan mati sebelum ke Banda Neira," kata Ganjar Pranowo, mengutip kata-kata Sjahrir.

Kunjungan Ganjar ini menjadi simbol komitmen untuk mendengarkan, meresapi, dan bersatu dengan masyarakat di ujung Indonesia, menjadikan setiap sudut negeri ini sebagai bagian tak terpisahkan dari perjalanan bangsa, penghargaan terhadap sejarah, dan harapan akan masa depan Indonesia. 

Perlu Otonomi Asimetris

Ganjar Pranowo mengatakan, Provinsi Maluku memerlukan otonomi asimetris, karena terdiri atas ribuan pulau dengan beragam budaya dan bahasa.

Otonomi asimetris, kata Ganjar, perlu diterapkan di Maluku karena dapat mengakomodasi perbedaan budaya, bahasa, agama, dan karakteristik demografi antarwilayah.

Provinsi Maluku terdiri atas 1.340 pulau dan memiliki 62 bahasa daerah, yang meliputi Kabupaten Maluku Barat Daya sebanyak 14 bahasa daerah, Kabupaten Kepulauan Aru sebanyak 11 bahasa daerah, dan Maluku Tengah sebanyak 11 bahasa daerah.

Sedangkan Seram Bagian Timur delapan bahasa daerah, Kabupaten Buru, Seram Bagian Barat, Kabupaten Kepulauan Tanimbar masing- masing empat bahasa, Buru Selatan, Kota Tual dan Ambon sebanyak dua bahasa daerah.

Hal itu, lanjutnya, membuat tata kelola pemerintahan di Provinsi Maluku seharusnya dilakukan sesuai potensi dan kekhususan daerah, melalui otonomi asimetris.

"Tata kelolanya mesti asimetris, kalau otonomi daerahnya mesti asimetris. Sehingga jangan disamakan seluruh potensi yang ada ini berlaku aturan yang sama," ujar Ganjar di Banda Neira, Kabupaten Maluku Tengah, Selasa (30/1/2024).

Capres berambut putih itu juga menyoroti kendala di daerah yang bercirikan pulau-pulau, di mana pilihan moda transportasi terbatas pada air, sungai, laut, atau udara.

Ganjar berharap otonomi asimetris dapat memberikan solusi konkret untuk meningkatkan aksesibilitas dan kesejahteraan masyarakat Maluku melalui pengembangan transportasi yang sesuai dengan karakteristik wilayahnya.

"Yang bercirikan kepulauan itu moda transportasinya dua saja. Apakah di air, yaitu sungai, laut, atau di udara," kata Ganjar.

Pendidikan dan Pariwisata

Melihat potensi Maluku yang kaya keindahan alam dan keragaman budaya, Ganjar mengatakan, sangat penting untuk investasi di sektor pendidikan, dan pariwisata.

Hal itu akan mendorong perekomian masyarakat, sehingga ada peningkatan pendapatan yang juga akan berimbas positif pada pertumbuhan ekonomi daerah.

"Pendidikan yang baik, pariwisata yang berkembang, dan pendapatan yang meningkat akan menciptakan daya beli yang baik. Kemahalan akan digantikan oleh kinerja yang baik," ungkap Ganjar.

Pada kunjungannya ke Banda Neira, Ganjar juga menyampaikan program pasangan calon (paslon) 3, Ganjar-Mahfud, untuk memperhatikan sektor kesehatan hingga ke pelosok wilayah NKRI. Dia berkomitmen menghadirkan puskesmas terapung di Banda Neira. (*

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas