Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Momen Putra Ganjar Pranowo Ditemani Cucu Sultan Hamengkubuwana X Berkeliling Keraton Yogyakarta

Alam Ganjar mendapat kesempatan untuk berkeliling Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Momen Putra Ganjar Pranowo Ditemani Cucu Sultan Hamengkubuwana X Berkeliling Keraton Yogyakarta
istimewa
Muhammad Zinedine Alam Ganjar bersama Cucu Sultan Hamengkubuwana X Drasthya Wironegoro berkeliling Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (6/2/2024) pagi. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Muhammad Zinedine Alam Ganjar mendapat kesempatan untuk berkeliling Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (6/2/2024) pagi.

Di atas luas lahan 14.000 meter persegi, Alam Ganjar diajak oleh Cucu Sultan Hamengkubuwana X Drasthya Wironegoro untuk mempelajari arsip peninggalan dari kesultanan tersebut.

"Hari ini senang karena ditemani muterin seisi Keraton Yogyakarta dan ditunjukin beberapa arsip, konservasi, bahkan dikasih lihat laboratorium yang menyimpan barang-barang Kraton yang perlu dijaga," kata Alam.

Didalamnya terdapat banyak bangunan yang digunakan untuk tempat tinggal sultan, keluarganya serta abdi dalem Keraton. 

Sementara di bagian utara terdapat Alun-alun Utara dan di selatan terdapat Alun-alun Selatan serta sekitar 10 menit dari kawasan Malioboro.

Dalam kesempatan itu, Alam mengaku mendapatkan banyak cerita bagaimana sejarah dan budaya Keraton Yogyakarta tersebut terbentuk.

Melalui kunjungan tersebut, dirinya berharap agar lebih banyak anak muda yang mau datang belajar dan mengadopsi nilai etika yang terkandung dalam Keraton Yogyakarta.

Berita Rekomendasi

Alam mengaku kagum bisa datang kembali ke Keraton Yogyakarta

Menurutnya, banyak hal baru yang patut diapresiasi. Di sisi lain, di usianya yang sudah ratusan tahun ini, Keraton mampu mempertahankan dan menjaga eksistensi budayanya.

"Tempat bersejarah dan luar biasa saya pernah ke Keraton tapi udah lama dan setiap balik kesini selalu banyak sekali kegiatan ataupun pameran kebudayaan yang dipertunjukkan. Banyaknya inovasi dari segi konsep menurut saya itu menunjukkan suatu cara Kraton bisa menjaga demand wisatawan untuk mau datang terus ke Kraton sebagai objek wisata bersejarah dan berbudaya," ungkap Alam.

Di tengah pergerakan kehidupan sosial yang dinamis, Alam melihat bahwa Keraton merupakan salah satu destinasi wisata berbasis budaya yang tak lekang oleh waktu.

Di sisi lain Kraton juga kerap menyelenggarakan acara adat dan kebudayaan yang senantiasa ditunggu oleh banyak masyarakat dalam maupun luar negeri.

"Apabila kita menganggap budaya kita itu kuno nggak salah, tapi disitu lah hal menariknya. Kita datang dan melihat barang awam dan menjadi salah satu spot yang instagramable, hingga pembelajaran yang didapatkan. Ini sebagai salah satu cara kita untuk melestarikan eksistensi budaya agar semakin berkembang," pungkasnya.

Sementara itu, Drasthya Wironegoro mengaku senang atas kedatangan Alam di Kraton tersebut. 

Dirinya menerima dengan senang hati Alam Ganjar yang merupakan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM). Tentu, menurut Wironegoro Kraton bukan tempat yang asing bagi Alam.

"Yang pasti seneng ya karena mau berwisata, anak UGM juga, siapa tau bisa ngajak temen lain yang belum pernah ke Kraton untuk berwisata, selalu diterima pastinya," ungkap Wironegoro.

Sebagai informasi, Kraton Yogyakarta berdiri pada 1755 sebagai hasil dari Perjanjian Giyanti. Kraton Yogyakarta sebagai cikal bakal keberadaan pemukiman di wilayah Yogyakarta meninggalkan jejak sejarah yang masih sering jumpai sampai saat ini.

Baca juga: TPN Ungkap Makna Jargon Sat Set Tas Tes Ganjar-Mahfud

Kawasan ini merupakan living monument, yang masih hidup dan dubuktikan dengan ditetapkannya Kawasan kraton sebagai salah satu kawasan cagar budaya di Yogyakarta berdasar SK Gubernur No. 186/2011 meliputi wilayah dalam benteng Baluwarti (Njeron Benteng) dan sebagian wilayah di Mantrijeron, Mergangsan, Gondomanan sampai Ngampilan. 

Kemudian pada tahun 2017 terbit Peraturan Gubernur nomor 75/2017 yang menggabungkan kawasan cagar budaya Malioboro dan dalam benteng Kraton (Baluwarti) menjadi satu kawasan yaitu Kawasan Cagar Budaya Kraton, yang membujur dari Tugu sampai Panggung Krapyak.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas