Dahnil Anzar Yakini Prabowo Kerap Dikaitkan Isu Kasus Penculikan untuk Kepentingan Elektoral
Menurut Dahnil, Prabowo sudah mempertanggungjawabkan dirinya dalam kasus tersebut dengan berhenti sebagai perwira TNI.
Penulis: Reza Deni
Editor: Acos Abdul Qodir
![Dahnil Anzar Yakini Prabowo Kerap Dikaitkan Isu Kasus Penculikan untuk Kepentingan Elektoral](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/juru-bicara-calon-presiden-nomor-urut-dua-prabowo-subianto-dahnil-anzar-simanjuntak.jpg)
Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru Bicara calon presiden (capres) nomor urut dua Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengatakan kasus penculikan aktivis 98 yang kerap dialamatkan kepada Prabowo dalam pemilu presiden, sengaja dimunculkan oleh lawan politik untuk menyerang Prabowo.
Dia mengibaratkan kasus penculikan aktivis tersebut seperti kaset lagu yang kerap diputar setiap Prabowo mengikuti pemilihan presiden jika berlawanan politik.
Sebab, kasus penculikan tersebut tidak dimunculkan saat Prabowo menjadi cawapres pendamping Megawati Soekarnoputri pada Pilpres 2009.
"Jadi ini selalu dikeluarkan terkit dengan kepentingan elektoral dan untuk men-downgrade Pak Prabowo,” ujarnya kepada Eddy Wijaya dalam podcast Edsharedon.
Menurut Dahnil, Prabowo sudah mempertanggungjawabkan dirinya dalam kasus tersebut dengan berhenti sebagai perwira TNI.
Walaupun dalam putusan sidang Mahkamah Militer, kata Dahnil, Prabowo dinyatakan tidak terlibat secara langsung. Prabowo diberhentikan karena bertanggung jawab terhadap pasukan yang diduga terlibat dalam kasus ini.
“Inilah yang saya sebut sebagai loyalitasnya beliau. Kadang yang bukan tanggung jawab beliau secara langsung, tapi beliau mau mengembannya demi menjaga kepentingan bangsa dan negara,” ujar Dahnil.
Baca juga: Masih Banyak Praktik Jual Beli Jabatan, Mahfud MD: Seleksi Pejabat ASN Harus Ditata Ulang
Sikap Prabowo tersebut, lanjut Dahnil, membuat banyak orang yang dulu berhadapan dengannya pada akhirnya menjadi teman dekat. Bahkan bergabung menjadi barisan pendukung Prabowo dalam perpolitikan nasional.
“Sebelum Pak Budiman Sudjatmiko (eks politikus PDIP), ada banyak aktivisyang kemudian mendukung Pak Prabowo seperti Pius Lustrilanang, almarhum Desmond Junaidi Mahesa dan Haryanto Taslam,” kata Dahnil.
Dahnil tidak menepis sikap para aktivis tersebut kerap dikaitkan dengan sindrom stockholm, istilah yang pernah dicetuskan oleh seorang kriminolog Nils Bejerot, terhadap para korban yang memiliki ikatan psikologis dengan penculiknya.
Dahnil menambahkan sikap para aktivis terletak pada upaya mereka menemukan kebenaran pada peristiwa 98.
“Pertama, mereka mengetahui bahwa Pak Prabowo tidak bersalah. Kedua, mereka melihat ada nilai ksatria dan patriotisme dari Pak Prabowo, dan ketiga, ada nilai-nilai kemanusiaan,” ujar Dahnil.
Baca juga: Respons Anies-Cak Imin soal Jokowi Bilang Tidak Bakal Kampanye saat Pemilu 2024
“Ini ibarat pepatah Jawa yaitu becik ketitik ala ketara. Artinya, pada saatnya yang benar akan terbuka dan yang salah akhirnya terlihat.”
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.