Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kampanye di Solo, Ganjar Ngaku Tak Punya Kekuatan Kerahkan Aparatur, Minta Masyarakat Coblos Nomor 3

Ganjar bersama Mahfud tidak bisa mengerahkan kekuatan, menggerakan aparatur, Ganjar-Mahfud hanya memiliki hati nurani,

Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Kampanye di Solo, Ganjar Ngaku Tak Punya Kekuatan Kerahkan Aparatur, Minta Masyarakat Coblos Nomor 3
Tribunnews.com/Fransiskus Adhiyuda
Pasangan capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD melakukan iring-iringan kirab kebudayaan saat kampanye akbar di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (10/2/2024) pagi. 

“Dan itu adalah suara panjenengan semuanya,” tutup Ganjar.

Butet Bacakan Puisi

Di tempat yang sama, Budayawan sekaligus aktor senior Butet Kartaredjasa, meng-impersonate pemimpin orde baru Soeharto berorasi di panggung Hajatan Rakyat Solo saat hendak membacakan salah satu puisi karya Widji Thukul berjudul ‘Sajak Suara.’

“Puisi Widji Thukul sampai saat ini masih cocok, masih relevan dengan situasi zaman. Itu apa artinya, zaman belum berganti,” ujarnya.

Puisi Widji Thukul ‘Sajak Suara’ dibuat pada 1988, lanjut Butet, pada tahun itu zaman ganas-ganasnya orde baru.

“Puisi ini dibikin waktu zaman saya masih berkuasa. Untunglah sekarang kita sudah mengetahui bahwa sudah ada yang mewarisi daripada gaya kepemimpinan saya. Sejelek-jeleknya daripada saya, saya masih punya rasa malu, diingetkan daripada rakyat, para cendekiawan, para ulama, saya berkenan mundur, tetapi pewaris daripada saya malah gegek ngawulo waton. Saya punya rasa malu, tapi yang mewarisi dari sikap saya gak punya rasa malu,” ujar Butet mengimpersonate Presiden Soeharto.

Butet langsung membacakan puisi ‘Sajak Suara’:

“Inilah sajak suara karya wiji tukul: Sesungguhnya suara itu tak bisa diredam, mulut bisa dibungkam. Namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang dan pertanyaan-pertanyaan dan lidah jiwaku.

Berita Rekomendasi

Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan, disana bersemayam kemerdekaan. Apabila engkau memaksa diam aku, siapkan untukmu pemberontakan. Sesuangguhnya suara itu bukan perampok yang ingin merayah hartamu. Ia hanya ingin bicara mengapa kau kokang senjata. Dan bergetar suara-suara itu menuntut keadilan.

Sesungguhnya suara itu akan menjadi kata, ialah yang mengajari aku bertanya dan pada akhirnya tidak bisa tidak engkau harus menjawabnya. Apabila engkau tetap bertahan, aku akan memburumu seperti kutukan, Widji Tukul 1988.

"Terima kasih, tetap perjuangkan, menangkan Ganjar-Mahfud, tegas Butet.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas