Gerindra dan Golkar Diprediksi Bakal 'Perang' Usai Prabowo-Gibran Dinyatakan Menang Pilpres
Pakar politik, Ikrar Nusa Bhakti, mengatakan bahwa hubungan Gerindra dan Golkar dinilai sedang tidak baik-baik saja.
Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Gerindra dan partai Golkar diprediksi bakal perang Bharatayuddha usai pasangan calon pilpres 2024, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dinyatakan menang di pemilihan presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Pakar politik, Ikrar Nusa Bhakti, mengatakan bahwa hubungan Gerindra dan Golkar dinilai sedang tidak baik-baik saja. Sebabnya, Gerindra kesal karena perolehan suara Golkar tiba-tiba melesat di Pemilu 2024.
Baca juga: Suara Golkar Naik dalam Pileg 2024, Analis Politik Ungkap Peran FIS
"Kalau saya terus terang kedua partai ini tidak baik-baik banget. Kenapa demikian? karena partai Gerindra tampaknya sedang kesal karena di hari-hari terakhir menjelang pencoblosan bahkan saat hari pencoblosan suara Golkar itu melambung tinggi, bahkan melampaui perkiraan orang dan impian dari partai Gerindra yang akan menjadi partai nomor satu di Indonesia ternyata hanya impian belaka," ucap Ikrar dalam acara Demos Festival di Hotel Akmani, Jakarta, Sabtu (9/4/2024).
Hingga saat ini, kata Ikrar, Golkar dan Gerindra masih dalam kondisi perang dingin. Namun bukan tidak mungkin, keduanya bisa semakin memanas menjadi perang Bharatayuddha seusai Prabowo dilantik menjadi Presiden RI.
Baca juga: Nama Istri Kaesang Masuk Bursa Pilkada Sleman, Erina Gudono Didekati Gerindra
"Kalau Anda lihat ini partai Gerindra dan Golkar ini sudah suam-suam kuku, dan bukan mustahil per 10 Oktober 2024 yang namanya Presiden Jokowi dengan Prabowo kalau memang nanti KPU menyebutkan mereka pemenang akan terjadi apa yang disebut namanya perang Bharatayuddha," katanya.
"Kenapa? karena ini dalam satu koalisi dan satu keluarga saling tempur satu sama lain hanya memperebutkan siapa yang menjadi penguasa Indonesia," sambungnya.
Lebih lanjut, Ikrar meyakini Prabowo tidak akan pasrah begitu saja untuk diatur-atur oleh Jokowi jika sudah menjadi Presiden. Saat ini, Eks Danjen Kopassus itu hanya terlihat tunduk karena masih menjabat Menteri Pertahanan RI.
"Saya yakin Prabowo tidak mau menjadi orang yang seperti kambing congek yang menurut saja kepada apa yang diinginkan oleh Jokowi. Sampai detik ini dia menyatakan tunduk kepada Presiden karena dia memang posisinya masih menteri pertahanan," katanya.
"Kalau dia sudah menjadi presiden akan menunjukkan saya presiden, saya pemimpin besar di republik ini, saya panglima tertinggi TNI, saya panglima tertinggi Polri, saya juga adalah pemimpin semua ASN dan semua pemerintahan dari pusat ke daerah. Karena itu sayalah pemilik kekuasaan tertinggi kekuasaan di negara republik Indonesia," lanjutnya.
Karena itu, Ikrar meyakini Prabowo tidak akan mau Jokowi mengatur dirinya lagi jika menjadi Presiden RI. Namun, hal itu sudah dicegah Jokowi dengan upaya mengambil alih kepemimpinan Golkar.
Baca juga: Ganjar Pranowo Tegaskan Terus Kawal Rekapitulasi Suara Pilpres 2024 Hingga Ada Keputusan KPU
"Sayangnya Anda tau Jokowi sedang berusaha menjadi pemimpin partai nomor dua terbesar di Indonesia yaitu partai Golkar. Misalnya nanti Golkar memberikan kesempatan kepada Jokowi untuk menjadi Ketua Umum, itulah yang tadi saya katakan perang baratayuda itu benar-benar terjadi," katanya.
Lebih lanjut, Ikrar memprediksi Perang Bharatayuddha itu bakal mengganggu konsolidasi pemerintahan Prabowo-Gibran. Bukan tidak mungkin, pemerintahan itu bisa terjegal hanya kurang dari 5 tahun.
"Kalau itu sudah terjadi tidak mungkin mereka akan melakukan konsolidasi kekuasaan untuk jalannya pemerintahan di republik ini. Jangankan 20 tahun, mungkin untuk 5 tahun saja sulit. Karena apa? akan penuh konflik konflik kepentingan karena di satu sisi yang satu punya impian puluhan tahun menjadi presiden dan baru terjadi saat ini. Sementara ysng satu masih punya impian tetap bisa jadi presiden untik ketiga kalinya atau untuk keberapa kalinya. Paling tidak dia ingin menguasai Indonesia tidak sebagai posisi presiden tapi sebagai posisi ketua partai terbesar di Indonesia," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.