Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Deretan Reaksi soal Erina Gudono Masuk Bursa Pilkada Sleman, Singgung Popularitas & Akses Kekuasaan

Berikut rangkuman tanggapan dari partai hingga pengamat terkait masuknya nama istri Kaesang Pangarep, Erina Gudono di bursa Pilkada Sleman.

Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Deretan Reaksi soal Erina Gudono Masuk Bursa Pilkada Sleman, Singgung Popularitas & Akses Kekuasaan
Instagram @kaesangp
Kaesang Pangarep dan Erina Gudono | Berikut rangkuman tanggapan dari partai hingga pengamat terkait masuknya nama istri Kaesang Pangarep, Erina Gudono di bursa Pilkada Sleman. 

Karenanya dia meyakini apapun yang akan diminta Presiden Jokowi pasti diakomodasi Gerindra.

"Terlebih dari sisi partai pengusung, Gerindra tentu telah terkondisikan merasa berhutang besar pada Jokowi, sehingga apapun yang diminta Jokowi besar kemungkinan akan diakomodasi Gerindra," imbuh Dedi.

Baca juga: Erina Gudono Dinilai Punya Kans Besar Maju di Pilkada Sleman Karena Akses Kekuasaan

4. Pengamat: Pencalonan Erina Jadi Lembar Hitam Demokrasi Indonesia

Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama, Ari Junaedi mengkritisi kabar menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) sekaligus istri Kaesang Pangarep, Erina Gudono masuk dalam bursa pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2024 di Sleman, Yogyakarta.

Ari mengaku kaget jika Gerindra menjual nama Erina sebagai calon bupati Sleman.

"Artinya, Gerindra tidak memiliki kader yang mumpuni sehingga harus mengandalkan figur lain yang dianggap laku," kata Ari kepada Tribunnews.com, Senin (11/3/2024).

Selain itu, dia menuturkan, secara politik etis, pencalonan Erina menjadi lembar hitam dalam demokrasi di Indonesia.

BERITA REKOMENDASI

Sebab, kata Ari, seluruh keluarga Presiden Jokowi dijajakan dalam pentas politik nasional dan lokal.

"Sepertinya ada kesan Indonesia mencontoh Filipina di era Bongbong Marcos," ujarnya.

Ari menegaskan, Gerindra juga akan dicatat sebagai partai pendorong kerusakan demokrasi jika selalu aktif mendorong anak dan menantu serta kerabat Presiden Jokowi maju di pentas politik.

"Apa sudah tidak ada orang lain dan apa tidak malu?" ungkapnya.

Baca juga: Profil Erina Gudono, Menantu Jokowi yang Dinilai Berpeluang Jadi Calon Bupati Sleman

5. Status Menantu Jokowi dan Popularitas Jadi Modal Utama


Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad menyebut lirikan Partai Gerindra terhadap Erina didasari atas popularitas yang dimiliki oleh menantu Jokowi tersebut.

"Tidak bisa dipungkiri, Erina saat ini menjadi sosok yang populer, karena ia sendiri adalah model dan ditambah lagi saat ini adalah menantu Jokowi, istri Kaesang. Modal popularitas ini adalah modal yang paling utama," kata Saidiman, Sabtu (9/3/2024).

"Kemudian selanjutnya, saya lihat latar belakang Erina ini kan merupakan sosok aktivis pada dasarnya, Miss Indonesia."

"Lalu pada beberapa kesempatan saat diwawancara, jawaban dia cukup meyakinkan sebagai sosok public figure yang mengetahui isu-isu krusial serta politik," terang Saidiman.

Kendati tak memiliki pengalaman politik praktis, sosok Erina disebut Saidiman memiliki kualitas cukup baik.

"Saya rasa dari sisi kualitas juga cukup baik, meskipun tanpa pengalaman politik praktis," katanya.

Baca juga: Bukan Karena Kapasitas, Erina Dinilai Berpeluang Maju Pilkada Karena Jokowi, Bakal Diusung Gerindra?

Namun, Saidiman menyebut, pencalonan Erina sebagai Bupati Sleman akan menuai sorotan publik internasional terkait politik dinasti dan demokrasi di Indonesia.

"Saya kira itu akan menjadi catatan serius, saya melihat ini dari laporan dari sejumlah lembaga pemerhati demokrasi, atau pemerhati kebebasan di seluruh dunia, bahwa posisi Indonesia masih tidak fully democratic."

"Kekuatan Pak Jokowi di eksekutif ini sangat dominan dan tidak ada penyeimbang. Bahkan sampai sekarang hanya ada satu partai di parlemen yang bisa mengontrol pemerintah."

"Jika Erina berhasil masuk ke eksekutif, ini akan memperparah pandangan dunia internasional terhadap demokrasi yang ada di negara kita," tambahnya.

Saidiman juga mengingatkan, politik dinasti yang merusak demokrasi akan berimbas negatif pada pelakunya.

"Tetapi jangan lupa, masyarakat kita sebetulnya belajar dari waktu ke waktu, kalau mereka melihat eksperimentasi dari keluarga Jokowi merusak demokrasi kita, misalnya mengurangi keseimbangan antara partai pemerintah dan partai-partai oposisi, itu bisa menjadi poin negatif untuk keluarga Jokowi," kata Saidiman.

(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Erik S/Wahyu Aji/Fersianus Waku/Igman Ibrahim)

Baca berita lainnya terkait Pilkada Serentak 2024.

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas