Saat PKS Buka Peluang Koalisi Usung Anies-Sohibul Iman di Pilkada Jakarta, tapi Ditolak PDIP
Presiden PKS Ahmad Syaikhu mengaku membuka peluang koalisi antara PKS dan PDIP untuk mengusung Anies Baswedan dan Sohibul Iman di Pilkada DKI Jakarta.
Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Presiden PKS Ahmad Syaikhu mengaku membuka peluang koalisi antara PKS dan PDIP untuk mengusung Anies Baswedan dan Sohibul Iman di Pilkada DKI Jakarta 2024.
Peluang koalisi antara PKS dan PDIP ini dinilai masih terbuka lebar, mengingat dinamika politik menuju Pilkada Jakarta ini masih cair.
"Iya, sangat mungkin (berkoalisi). Kalau kita tadi akan mengajak berbagai partai, juga yang lain untuk mengusung pasangan ini," kata Syaikhu, dilansir Kompas.com, Selasa (25/6/2024).
Meski demikian, hingga kini PKS masih belum menjalin komunikasi resmi dengan PDIP.
"Secara resmi (komunikasi dengan PDI-P), saya belum" ungkap Syaikhu.
Lebih lanjut Syaikhu menyebut koalisi ini perlu dibentuk karena PKS masih belum memenuhi syarat batas pencalonan Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta.
Yakni memiliki minimal 22 kursi di DPRD DKI Jakarta, sementara PKS hanya menduduki 18 kursi.
Meskipun PKS adalah partai dengan jumlah kursi terbanyak di DPRD DKI Jakarta, PKS masih butuh 4 kursi lagi untuk bisa mengusung Anies Baswedan dan Sohibul Iman di Pilkada DKI Jakarta 2024.
Sementara itu, PDIP menegaskan pihaknya tak akan ikut mengusung Anies jika pasangannya adalah Sohibul Iman yang menjabat sebagai Wakil Majelis Syuro PKS.
Hal tersebut diungkap oleh politisi PDIP, Guntur Romli.
"Kalau Pak Anies sudah pasti dengan Pak Sohibul Iman, maka Pak Anies akan kesulitan mendapatkan dukungan dari PDI Perjuangan," katanya ketika dihubungi Tribunnews pada Selasa (25/6/2024).
Baca juga: PKS Usung Anies-Sohibul Iman di Pilkada Jakarta, Demokrat: KIM Tak Bakal Buru-buru
Menurut Guntur, jika Anies ingin mendapat dukungan PDIP, maka wakilnya harus berasal dari PDIP.
"Kalau Pak Anies mau mendapatkan dukungan dari PDI Perjuangan, maka cawagubnya dari PDI Perjuangan," tegas Guntur.
Di sisi lain, dia mengungkapkan Anies memang menjadi opsi kedua bagi PDIP dalam pengusungan cagub di Pilkada DKI Jakarta.
Guntur mengatakan pihaknya ingin berfokus dengan pengusungan cagub dari kader sendiri.
Di antaranya ada nama Andika Perkasa, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, Tri Rismaharini, hingga Pramono Anung.
"PDI Perjuangan mengusung Anies di Jakarta kan memang opsi kedua. Kalau opsi pertama tetap mengusung kader sendiri. Ada Pak Andika, Pak Ahok, Bu Risma, dan Pak Pramono Anung," jelasnya.
Meski demikian, Guntur menyadari, kini dinamika koalisi di Pilkada DKI Jakarta masih dinamis.
Sehingga apapun bisa terjadi antar partai politik.
"Tapi menurut kami, sebelum pendaftaran apapun bisa terjadi karena masih dinamis," pungkasnya.
Baca juga: Sekjen Gerindra Ahmad Muzani Pastikan Prabowo Subianto Terbuka Bertemu dengan Anies Baswedan
Peluang Menang Anies Dipasangkan dengan Sohibul Iman Dinilai Kecil
Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul M Jamiluddin Ritonga mengatakan, keputusan PKS mengusung Anies Baswedan telah menutup kesempatan Anies untuk memilih pasangannya.
Hal ini terkait PKS resmi mengusung pasangan Anies Baswedan-Sohibul Iman pada Pilkada Jakarta 2024.
Jamil menilai, Anies dipaksa harus menerima kader PKS, Sohibul Iman sebagai Calon Wakil Gubernur pendampingnya dalam Pilkada Jakarta 2024.
Keputusan PKS itu, katanya, akan lebih memberi kepastian bagi Anies untuk dapat maju pada Pilkada Jakarta 2024.
Sebab, PKS dengan 18 kursi tinggal mencari satu partai lagi, maka Anies akan dapat tiket maju menjadi cagub Jakarta 2024.
Baca juga: PKS Deklarasi Dukung Anies-Sohibul di Pilkada Jakarta 2024: Apakah Mungkin PDIP Mau Ikut?
"Hanya saja, Anies seperti disandera oleh PKS untuk berpasangan dengan Sohibul Iman. Anies harus menerima Sohibul Iman apa adanya."
"Padahal, Sohibul Iman belum tentu diterima partai lain. Nasdem dan PKB bisa saja menolak Sohibul Iman karena nilai jualnya yang masih rendah," kata Jamil, saat dihubungi Tribunnews.com, pada Selasa (25/6/2024).
Jamil mengatakan, NasDem dan PKB bisa saja mengajukan kadernya yang lebih menjual daripada Sohibul Iman.
Hal tersebut tentu akan menyulitkan Anies karena sudah dikunci PKS.
"Jadi, pilihan menerima Sohibul Iman dapat menjadi simalakama bagi Anies. Dimakan bisa aman dengan PKS, tapi bisa tidak aman dengan Nasdem dan PKB."
Baca juga: Respons PDIP dan Golkar soal PKS Usung Anies-Sohibul Iman di Pilkada Jakarta 2024
"Sebaliknya, tidak dimakan akan aman dengan Nasdem dan PKB tapi bermasalah dengan PKS," ucapnya.
Selain itu, Jamil menilai, jika mantan Gubernur DKI Jakarta itu berpasangan dengan Sohibul Iman, maka elektabilitas pasangan ini akan sulit naik.
Sohibul Iman saat ini merupakan Wakil Ketua Majelis Syuro PKS dan sebelumnya pernah menjabat sebagai Presiden PKS.
"Sohibul Iman akan sulit mengerek elektabilitasnya. Hal ini tentunya akan menyulitkannya mengerek elektabilitas pasangannya," kata Jamil.
Sebagaimana pengalaman Anies dipasangkan dengan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin di Pilpres 2024 lalu, elektabilitas Ketua Umum PKB itu sejak awal sangat rendah dan justru menjadi beban bagi Anies.
Baca juga: PDIP Sebut Duet Anies-Sohibul di Pilkada Jakarta Masih Bisa Berubah
"Cak Imin meningkatkan elekrabilitasnya saja tidak mampu. Karena itu, wajar saja kalau Cak Imin tak mampu mendongkrak elektabilitas Anies," ujarnya.
Belajar dari pengalaman tersebut, menurut Jamil, ada kekhawatiran hal yang sama akan dialami Anies pada Pilkada Jakarta 2024.
Di mana Sohibul Iman dikhawatirkan tidak mampu mendongkrak elektabilitasnya, apalagi membantu meningkatkan elektabilitas Anies.
Baca juga: 4 Klaim PKS usai Resmi Usung Anies Baswedan-Sohibul Iman di Pilkada DKI Jakarta 2024
"Kalau hal itu terjadi, maka peluang Anies menang tidak terlalu besar. Apalagi bila Ridwan Kamil maju di Jakarta, maka peluang Anies menang bisa menjadi kecil," tuturnya.
Oleh sebab itu, Jamil menilai, PKS tampaknya perlu realistis untuk tidak mematok wakil Anies harus Sohibul Iman.
PKS idealnya membebaskan Anies memilih wakilnya yang dapat mendongkrak elektabilitasnya.
"Hanya dengan begitu peluang Anies menang lebih besar," kata Jamil.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Ibriza Fasti Ifhami/Yohanes Liestyo Poerwoto) (Kompas.com/Fika Nurul Ulya)