Menilik Coklit Suku Anak Dalam di Bawah Naungan Sesundung
Sebab telah diberi tahu ihwal akan adanya proses coklit, kelompok Suku Anak Dalam pun memutuskan bermukim di kawasan hutan yang tidak jauh dari desa
Penulis: Mario Christian Sumampow
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Laporan Wartawan Tribunnews, Mario Christian Sumampow
TRIBUNNEWS.COM, SAROLANGUN - Suku Anak Dalam yang merupakan suku asli wilayah Sumatera juga turut menyemarakkan Pilkada Serentak 2024 dengan menjadi pemilih tetap yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Uniknya, dalam proses pencocokan data dan pemilihan (coklit) oleh panitia pemuktahiran data pemilih (pantarlih) ini tidak dilakukan dari rumah ke rumah sebagai coklit pada umumnya. Mengingat Suku Anak Dalam menganut gaya hidup nomaden.
Guna dapat melakukan coklit KPU harus bekerja sama dengan pemerintah daerah dan pemerintah desa setempat untuk dapat mengkomunikasikan tujuan pihaknya kepada temenggung.
Temenggung adalah “kepala suku” yang memegang jabatan tertinggi dalam kelompok Suku Anak Dalam. Ia menjadi sosok yang dipercaya dalam kelompoknya.
Sebab telah diberi tahu ihwal akan adanya proses coklit, kelompok Suku Anak Dalam pun memutuskan bermukim di kawasan hutan yang tidak jauh dari desa yang dapat diakses oleh KPU dan Pantarlih.
Permukiman sementara itu terdiri dari beberapa pondok yang dibuat dari kayu dan diatapi oleh terpal. Pondok itu dinamakan sesundung. Lokasinya berada di Desa Bukit Suban, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi.
Sesundung itu dibangun kokoh dan lima sampai tujuh orang dapat duduk bersamaan di atas kayu-kayu yang dilapisi oleh tikar pandan. Beberapa alat untuk memasak air juga digantung di salah satu sudut sesundung.
Tampak di kolong sesundung anjing-anjing kampung peliharaan Anak Suku Dalam duduk tenang dan setia mendampingi pemiliknya.
Sementara di depan sesundung, kayu-kayu bakar ditumpuk untuk apinya digunakan Anak Suku Dalam menghangatkan diri dan menghindari gigitan nyamuk di hutan.
Grib, seorang temenggung Suku Anak Dalam yang menyambut KPU dalam proses coklit mengatakan pihaknya harus menempuh waktu jalan kaki hingga 7 ke pemukiman terdekat dari desa. Sesudah itu mereka bersiap untuk kembali masuk ke dalam hutan.
Baca juga: Pilkada 2024: Tempuh 178 Km, KPU RI Pantau Langsung Coklit Suku Anak Dalam
Tidak hanya orang dewasa, para anak-anak dalam rombongan Grib juga turut ikut dalam perjalanan.
Anggota KPU RI Betty Epsilon Idroos yang turut melakukan monitoring coklit mengaku terkesan dengan cara hidup Suku Anak Dalam. Ia berharap Suku Anak Dalam dapat turut memperkuat demokrasi melalui kontribusi dalam Pilkada Serentak 2024 mendatang.
“Luar biasa ya, Indonesia ini kaya sekali termasuk Suku Anak Dalam dengan segala bentuk sosiologis, geografisnya, kita patut bersyukur Indonesia sangat kaya, termasuk budayanya” ujar Betty kepada awak media, Rabu (17/7/2024).
“Mudah-mudahan Suku Anak Dalam sebagai bagian dari NKRI turut memperkuat demokrasi kita melalui pilkada 27 november 2024,” ia menambahkan.