Menerka Peluang Anies Baswedan di Pilkada Jakarta usai KIM Plus Resmi Usung Ridwan Kamil-Suswono
Bagaimanakah nasib Anies Baswedan di Pilkada Jakarta usai ditinggalkan PKS, PKB, dan NasDem yang kini bergabung dengan KIM Plus? Berikut rangkumannya.
Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus resmi mengusung Eks Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil dan Ketua Majelis Pertimbangan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Suswono di Pilkada Jakarta 2024.
Pasangan Ridwan Kamil-Suswono ini pun mendapatkan dukungan dari 12 partai politik.
Di antaranya ada Partai Gerindra, Partai Golkar, PKS, Partai Nasdem, dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Lalu, ada Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Garuda, Partai Gelora, Partai Perindo, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Usai KIM Plus resmi mengusung Ridwan Kamil-Suswono, kini yang menjadi pertanyaan publik adalah bagaimana nasib Anies Baswedan di Pilkada Jakarta.
Pasalnya Anies adalah sosok calon dengan elektabilitas tinggi di DKI Jakarta.
Namun jalan Anies untuk memperebutkan kursi Gubernur DKI Jakarta kini menjadi sulit usai NasDem, PKS, hingga PKB berbalik arah membatalkan dukungan untuk Anies dan bergabung dengan KIM Plus.
Lantas bagaimanakah peluang Anies selanjutnya di Pilkada Jakarta 2024?
PDIP Berupaya Usung Anies, tapi Tak Punya Cukup Kursi di DPRD Jakarta
Usai NasDem, PKB, PKS membatalkan dukungan untuk Anies, kini tersisa PDIP saja yang belum mengumumkan sosok yang akan diusungnya di Pilkada Jakarta.
Anies masih berpeluang untuk didukung PDIP, tapi partai berlambang banteng itu tak bisa mencalonkan Anies sendiri.
PDIP harus berkoalisi dengan partai lain untuk bisa mengusung Anies di Pilkada Jakarta.
Pasalnya PDI-P diperkirakan hanya memiliki 15 kursi DPRD Jakarta.
Masih di bawah syarat pencalonan gubernur yakni punya 22 kursi DPRD.
Sementara itu, Ketua DPP PDI-P Said Abdullah mengatakan PDIP tengah mengupayakan Anies Baswedan untuk maju di Pilkada Jakarta.
Baca juga: Aksi Borong Partai Tinggalkan Anies, Burhanuddin Muhtadi: Ngga Ada Gunanya Lagi Pilkada Jakarta
PDIP juga memiliki rencana untuk memasangkan Anies dengan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang juga mantan Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi.
"Sejak awal, Anies juga sudah bersedia. Begitu juga dengan kader PDI-P yang menjadi pendampingnya," kata Said dilansir Kompas.com, Senin (19/8/2024).
Meskipun PDI-P sedang berupaya mencari koalisi, Said menegaskan, partainya siap maju sendiri jika tidak mendapatkan rekan dari partai politik lain.
"Tapi kalau toh pada akhirnya kami tidak bisa, katakanlah karena sudah KIM Plus terkonsolidasi, kami tidak punya kawan lagi untuk maju, ya apa boleh buat?"
"Kami akan berbicara kepada rakyat pada waktunya mungkin oleh Pak Sekjen bahwa PDI Perjuangan tidak bisa mencalonkan untuk Pilkada DKI yang akan datang," ungkap Said.
Pengamat: Pilkada Jakarta Diisi Pertarungan Ridwan Kamil-Suswono dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana Abyoto
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin menanggapi soal kemungkinan adanya dinamika politik jelang Pendaftaran ke KPU.
Ujang menilai dinamika politik memang bisa saja terjadi.
Namun jika KIM Plus sudah mendeklarasikan Ridwan Kamil-Suswono maka sudah pasti akan didaftarkan ke KPU.
Kemudian lawannya nanti adalah calon independen yang telah diloloskan KPU.
Yakni pasangan independen Dharma Pongrekun-Kun Wardana Abyoto.
"Soal dinamika politik yang akan terjadi semua serba mungkin. Tapi kalau RK-Suswono disepakati di KIM, berarti calonnya mereka kalau didaftarkan ke KPU."
"Lalu akan melawan calon independen yang sudah diloloskan oleh KPUD yaitu Dharma-Kun tersebut," ungkap Ujang.
Baca juga: Sendirian di Pilkada Jakarta, PDIP Tegaskan Ogah Ikut Masuk KIM: Itu Oligarki Politik
Anies Tak Punya Skenario Lain untuk Pilkada Jakarta
Founder dan Peneliti Utama Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan dirinya tidak kaget soal hilangnya peluang Anies Baswedan maju Pilkada Jakarta 2024.
Hal ini terkait Anies yang belum mendapatkan tiket untuk berkompetisi sementara pendaftaran bakal calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta tinggal menghitung hari yakni 27-29 Agustus 2024.
Menurut Burhanuddin langkah ini lantaran Anies tidak memiliki skenario.
"Saya ngga terlalu kaget, Anies seharusnya mempersiapkan skenario terburuk," kata Burhanuddin dalam wawancara di Kompas Petang, Senin (19/8/2024).
Anies katanya tidak memiliki skenario selain diusung partai.
"Masalahnya Anies engga punya skenario atau plan b, misalnya jalur perseorangan ngga disiapkan termasuk plan lain misal masuk ke partai untuk memudahkan usaha mencari kendaraan," ujarnya.
Baca juga: 12 Partai Deklarasikan Ridwan Kamil-Suswono untuk Maju di Pilkada Jakarta 2024
Menurutnya kegagalan Anies di Pilgub DKI Jakarta tak bisa disalahkan kepada eks Mendikbud semata.
"Jadi memang tidak bisa salahkan Anies sepenuhnya. Ini ada kaitannya dengan aturan main, engga ada pembatasan maksimum koalisi, sehingga aksi borong partai terjadi. ke depan harus diperbaiki masyarakat Jakarta secara khususnya agar tidak di fait accompli oleh elite partai," katanya.
Dirinya menjelaskan, selain tak berdaya karena tak mendapatkan tiket, Anies seharusnya juga tidak cuma pasrah mengandalkan partai politik.
"Anies kan engga bisa mengontrol orang lain. Yang dia bisa kontrol dirinya dan timnya, dan itu sekarang sudah telat," katanya.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan bahwa Pilkada Jakarta saat ini mirip dengan Pilkada Solo tahun 2020.
"Sekarang kita menyaksikan skenario Solo, yaitu calon kuat Gibran saat itu didukung hampir semua partai, melawan calon yang sangat tidak jkompetitif."
Baca juga: Koalisi Perubahan Resmi Ubah Arah Dukungan, Tinggalkan Anies Baswedan Jelang Pilkada Jakarta 2024
"Ini terjadi kalau kita lihat calon independen Dharma Pongrekun yang elektabilitasnya hanya 0,2 persen," kata Burhanuddin.
Untuk itu dirinya setuju dengan pernyataan Fahri Hamzah bahwa siapa pemenang di Pilgub Jakarta sudah ketahuan.
"Menurut saya ngga ada gunanya juga pilkada di Jakarta karena kita sudah tahu hasilnya. Buang-buang duit anggaran negara menggelar Pilkada, karena Ridwan Kamil dan Suswono didukung 12 partai melawan calon yang sama sekali tidak kompeten," ujarnya.
Burhanuddin menambahkan, Anies juga tidak menyiapkan opsi bahwa dirinya akan di prank partai politik.
"Potensi kena prank jelas, tapi kenapa Anies engga persiapkan diri untuk di prank. Saya menyesalkan, meskipun saya bukan fans tapi sayang sekali orang sekaliber Anies tidak mempersiapkan ini."
"Saat Pilkada 2016 Ahok dan timnya sudah mempersiapkan KTP untuk maju lewat jalur perseorangan," ujarnya.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Wahyu Aji)(Kompas.com/Nicholas Ryan Aditya/Tatang Guritno)