Gerakan Golput di Pilkada Jakarta Bakal Sia-sia, Pengamat Sebut Untungkan Lawan Politik
Ray Rangkuti menilai gerakan Anak Abah Tusuk Tiga Paslon di Pilkada Jakarta 2024 bukanlah langkah tepat untuk membuat perlawanan politik.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Pengamat politik, Ray Rangkuti menilai gerakan golput di Pilkada Jakarta 2024 bukanlah langkah tepat untuk membuat perlawanan politik.
Hal itu diungkapkan Ray Rangkuti menanggapi munculnya aspirasi gerakan 'Anak Abah Tusuk Tiga Paslon' di Pilkada Jakarta 2024.
Ajakan golput dari Anak Abah, yang merujuk pada pendukung Anies Baswedan, dinilai malah menguntungkan pasangan calon (paslon) yang ada, termasuk yang dianggap sebagai lawan politik.
"Bagi saya perlu dipikirkan ulang lebih matang, apa sih target yang mau dicapai dari gerakan ini."
"Sebab kalau gerakan ini membesar, lalu tejadi gitu, sudah pasti yang diuntungkan yang sebenarnya mengecewakan mereka, itu hitungan saya," ungkap Ray Rangkuti dalam program Overview Tribunnews, Rabu (11/9/2024).
Ray mengatakan, partai-partai yang dianggap mengecewakan itu, justru membutuhkan orang-orang yang tidak datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).
"Makin besar golput, makin besar kemungkinan mereka untuk menang," ungkapnya.
Hal ini dikarenakan mekanisme penghitungan suara Pemilu di Indonesia adalah menghitung suara yang sah.
"Kalau model mekanisme kita adalah suara sah, yang sah itu hanya pemilih mereka, ya otomatis mereka menang."
"Kecuali metode penghitungannya 50 persen plus satu dari total pemilih, nah itu baru, gerakan coblos semua, tidak datang ke TPS, coblos kotak kosong, jadi bermanfaat. Jadi jelas sinyalnya, model perlawanannya," ungkap Ray.
Sehingga, terkait gerakan tusuk tiga paslon, Ray menyarankan agar memikirkan kembali aspirasi itu.
"Justru golput mereka membuat jalan apa yang membuat mereka kecewa makin mudah memenangkan pertandingan," ujarnya.
Baca juga: Soal Arah Dukungan Anies di Pilkada Jakarta, Pengamat: Ke Pramono-Rano jika Tetap Jadi Oposisi
Ray menyarankan agar masyarakat datang ke TPS dan menggunakan hak pilihnya dengan baik.
"Harus datang ke TPS, buktikan anda berdaulat dengan cara mengalahkan mereka."
"Kalau di Jakarta kan ada kandidat yang lain, yang setidaknya tidak mengecewakan mereka," ujarnya.
Aspirasi Pendukung Anies
Sementara itu, juru bicara dan koordinator relawan Anies Baswedan, Iwan Tarigan menanggapi munculnya gerakan 'Anak Abah tusuk tiga paslon'.
Iwan menegaskan, tidak ada gerakan terkoordinir mengenai hal ini, melainkan sebuah aspirasi pendukung Anies Baswedan.
"Kalau gerakan yang terkoordinasi itu tidak ada, tetapi kalau aspirasi, amarah, itu memang ada," ungkap Iwan dalam kesempatan yang sama.
Aspirasi ini muncul setelah Anies Baswedan gagal maju ke Pilkada Jakarta 2024.
Anies yang awalnya didukung tiga partai politik, harus gigit jari setelah ketiganya berpaling mendukung pasangan Ridwan Kamil-Suswono.
Partai tersebut yakni PKS, NasDem, dan PKB.
"Gerakan ini terjadi karena aspirasi mereka itu tidak berjalan, karena demokrasi ditutup," ujar Iwan.
Iwan menegaskan, pihaknya masih memiliki waktu dua bulan sebelum menentukan pilihan di Pilkada Jakarta.
Menurutnya, pendukung Anies Baswedan tetap akan menggunakan hak pilihnya.
"Apakah dalam waktu dua bulan, tentunya ada logika-logika lagi, memilih di antara terburuk menjadi terbaik."
"Mereka harus memilih juga di antara itu," ungkapnya.
Ia mengatakan, pendukung Anies akan mempertimbangkan untuk memilih calon yang mempunyai program baik seperti yang telah Anies lakukan.
"Kalau ada pasangan yang menunjukkan visi misi, program kerja, keberpihakan seperti Pak Anies atau melebihi Pak Anies, mungkin saja relawan berubah pikiran."
"Sehingga yang kita harapkan, calon-calon ini bisa memberikan visi-misi kepada warga Jakarta," ungkapnya.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto)