Dulu TKI di Timteng, Asep Hidayat Pulang Kampung Selamatkan Pertanian Hanjeli
Desa Wisata Hanjeli terletak di Kampung Waluran 2 RT 10 RW 02 Desa Waluran Mandiri, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Lapisan itu terendapkan di dasar laut, kemudian terangkat ke permukaan hingga menjadi daratan.
Material endapan hasil gunung api purba tersebut menjadikan kondisi tanah-tanah di kawasan plato Jampang cenderung kering (minim air).
Pada 2010, Asep Hidayat memutuskan tidak kembali bekerja sebagai peklerja migran alias TKI di Timur Tengah.
Asep mengajak warga yang pernah senasib dengannya menjadi TKI/TKW untuk memanfaatkan potensi lokal yang dapat mendunia.
Saat itu, Hanjeli yang ia pilih untuk dikembangkan.
"Saya kebetulan mantan buruh migran atau TKI, saya mencoba mengajak ibu-ibu, karena di sini banyak TKI dan TKW juga, kebetulan tim kita hampir 80 persen mantan buruh migran," ujar Asep Hidayat.
"Oleh sebab itu, kami ingin mereka tidak pergi lagi ke Timur Tengah, daripada ke sana yuk manfaatkan potensi yang ada di kampung kita menjadi nilai lebih, agar kita bisa meningkatkan taraf ekonomi yang sejahtera," kata Asep kepada jurnalis Tribun Jabar Tribun Network, Jumat (9/6/2023).
Asep mulai melakukan riset tentang Hanjeli, apa saja keunggulan dan manfaat Hanjeli yang dapat dikembangkan. Sampai akhirnya di tahun 2015 mulai masuk konsep edukasi wisata.
"Untuk konsep desa wisata, edukasi wisata berbasis pangan lokal hanjeli ini pertama di Indonesia," katanya.
"Pertama itu kami mencoba mengkonservasi si pangan ini, karena pangan ini hampir punah, waktu itu kami mencoba mengkreasikan. Kami coba olah jadi produk, dari mulai dodol, rengginang, jadi beras, jadi tepung bahkan cake, sabun Hanjeli, bahkan lain-lainnya," ucap Asep.
Ia menambahkan, Hanjeli memiliki kandungan protein setara beras, bahkan kandungan kalsium dan proteinnya lebih tinggi dari beras.
Karena itu, ia terus mengembangkan pangan lokal Hanjeli yang nyaris punah itu.
"Hanjeli itu tanaman sereal sejenis padi-padian, pangan ini sebetulnya sudah hampir punah makanya kita coba konservasi agar tetap terjaga," ucap Asep.
"Lalu kandungan gizi sebetulnya dengan beras jauh, bagus hanjeli, contoh proteinnya dua kali lipat dari pada beras, beras kan 8, kalau hanjeli sampai 14 persen, bahkan kalsiumnya beras 18 persen, kalau hanjeli sampai 54 persen. Jadi artinya kalsium dan protein jauh lebih tinggi," katanya.