Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pasien Miskin di RS Polri, Ditarik Uang Rp 8 Juta

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo telah mencanangkan program Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang diluncurkan pada November lalu.

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Pasien Miskin di RS Polri, Ditarik Uang Rp 8 Juta
Wahyu Aji/Tribunnews.com
Pasien miskin 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo telah mencanangkan program Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang diluncurkan pada November lalu. Namun sayang panjangnya birokrasi membuat sejumlah pasien miskin yang mestinya mendapatkan layanan kesehatan gratis, sesuai KJS ternyata terbentur birokrasi berbelit.

Mulai dari harus lapor langsung ke Dinas Kesehatan DKI sampai ketiadaan ruangan, membuat sejumlah pasien miskin menyerah dan akhirnya membayar sejumlah uang agar mendapatkan perawatan inap di rumah sakit.

Salah satu korbannya ialah Sandy Ari Putera (19), yang kini terbaring tak berdaya Ruang Cemara 1 kelas III, Rumah Sakit Polri Said Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur. Pemuda yang bekerja sebagai pegawai di lapangan Golf ini mengalami, kecelakaan sepeda motor saat hendak mengambil gaji temanya di daerah Halim, Jakarta Timur.

"Kejadiannya Jumat (11/1/2013) sore. Anak saya sama temannya mau ambil gaji, terus tabrakan dan rahangnya patah," ujar ibu korban Neti (40), kepada wartawan, Selasa (15/1/2013).

Neti mengatakan usai kejadian itu anak pertamanya ini pun langsung dilarikan ke RS Polri untuk mendapat perawatan. Neti yang mengaku dari keluarga tidak mampu ini pun mengajukan surat keterang tidak mampu dari RT RW, serta KTP dan KK untuk mempermudah biaya perawan di RS Polri itu.

"Pas dipindah kamar rawat inap, diminta uang sebesar 500 ribu katanya buat uang muka. Padahal saya bawa surat keterang tidak mampu. Sedangkan KJS masih proses pembuatan," tuturnya.

Lebih lanjut Neti mengaku meskipun biaya kamar tidak dipungut biaya, namun demikian ia harus membayar uang perobatan tiap harinya. "Obat bayar tiap hari, sampai sekarang habis Rp 3 jutaan lah. Dokter juga menyarankan operasi rahang, tapi diminta uang alat kayak pen buat sanggah gusi sebesar Rp 8 juta rupiah. Untuk operasinya sih gratis," lanjutnya.

Neti mengaku hingga saat ini ia belum memiliki dana sebesar itu. Ia pun berharap pihak rumah sakit dapat meringankan bebannya melalui program KJS yang sedang diurusnya saat ini.

"Soalnya kalo gak di operasi bakal cacat seumur hidup. Uang pun belum ada suami saya aja seorang sopir, saya ibu rumah tangga," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas