Pengunjung PRJ Keluhkan Mahalnya Harga Kerak Telor
Banyak pengunjung Pekan Raya Jakarta, Kemayoran, Jakarta Pusat, yang mengeluhkan mahalnya harga kerak telor.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banyak pengunjung Pekan Raya Jakarta, Kemayoran, Jakarta Pusat, yang mengeluhkan mahalnya harga kerak telor. Mereka menganggap harga Rp 25.000 itu sangat tak sepadan jika ditukar dengan satu porsi makanan tradisional khas Betawi tersebut.
Gerendo (27), salah seorang pengunjung PRJ, salah satunya. "Kita enggak bicara tempatnya ya, kalau bahan bakunya beras ketan, telor, minyak, masak sampai Rp 25.000, sih," ujarnya seperti dilansir Tribunnews dari Kompas.com di area PRJ, Sabtu (6/7/2013).
Pria yang bekerja di salah satu perusahaan di bilangan Kemang, Jakarta Selatan, tersebut mengatakan, menurut perkiraannya, harga yang tepat untuk satu porsi kerak telor Rp 10.000. Harga itu pun setelah dibandingkan dengan harga kerak telor di daerah lain.
"Di Setu Babakan itu harganya enggak mahal, Rp 10.000," ujarnya.
Lantas, apa yang membuat harga kerak telor di acara menyambut hari ulang tahun ke-486 DKI Jakarta tersebut membumbung tinggi?
Salah seorang pedagang kerak telor PRJ, Aa Ahmad mengungkapkan, keberadaan sejumlah organisasi masyarakat rupanya berada di balik tinggi harga. Oknum ormas tersebut meminta 'jatah' dari tiap koordinator.
Koordinator adalah makelar lapak jualan yng menghubungkan sejumlah pedagang kerak telor dengan pengelola PRJ, yakni JIExpo. Koordinator itu membeli sejumlah titik lapak ke JIExpo dengan harga Rp 4 juta satu lapak. Tapi, ia melelangnya ke para pedagang kerak telor.
Ada pedagang yang menyewa lapak itu dengan harga Rp 10 juta. Ada juga pedagang yang rela merogoh kantong hingga Rp 16 juta untuk jualan.
"Nah, ormasnya dapat jatah dari koordinator. Kata orang, denger-denger sih, satu koordinator Rp 20 juta. Di sini sih ada lebih dari dua koordinator pedagang kerak telor," ujarnya.
"Itu belum sama koordinator di luar PRJ ya. Kan ada kebersihan, keamanan dan lain-lain," tutur pria yang telah berjualan kerak telor sejak tahun 1972 tersebut.
Pria yang tinggal di Pancoran, Jakarta Selatan, tersebut mengatakan, para pedagang terpaksa menaikkan harga makanannya lantaran sewa yang tinggi. Oleh sebab itu, mereka sangat berharap kepada rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memindahkan PRJ ke Monas. Dengan harga sewa yang rendah, ia pun dapat menjual makanan rakyat itu dengan murah pula.(Fabian Januarius Kuwado/Kompas.com)