Tarif Angkot Belum Juga Naik, Sopir Menjerit
Kenaikan harga BBM masih menyisakan imbas bagi masyarakat luas, salah satunya para sopir angkutan umum.
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kenaikan harga BBM masih menyisakan imbas bagi masyarakat luas, salah satunya para sopir angkutan umum. Mereka memilih untuk menaikkan tarifnya secara pribadi, lantaran untuk memenuhi jumlah setoran yang semakin meroket.
Di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur hampir seluruh awak angkutan umum yang mengaku keberatan dengan belum disesuaikannya tarif angkutan. Padahal harga BBM sudah naik hampir dua minggu lalu. Mereka terpaksa menaikkan tarif meski bukan kemauan pribadi.
"Ya bukan kemauan kami, ini kemauan perusahaan yang menaikkan tarif," kata Anang Sunarto (50), sopir sopir M18 Kampung Melayu-Pondok Gede, Senin (8/7/2013).
Anang mengatakan, untuk penumpang yang naik dari Pondok Gede ke Kampung Melayu, kenaikan yang saat ini dipatok Rp 1000 dari tarif lama sebelumnya. Sementara untuk jarak dekat, kenaikan tarifnya menjadi Rp 500 dari harga normalnya.
"Kalau naiknya dari ujung ke ujung sebelumnya kan Rp 3500. Sekarang naik seribu. Dari Melayu sampai Pondok Gede naik jadi Rp 4500," lanjutnya.
Lebih lanjut dikatakan Anang, sebagai sopir dirinya tidak mempermasalahkan kalau BBM harus naik, namun yang jadi permasalahan penumpang tidak peduli.
"Emang pernah ada sejarahnya orang kaya naik angkot? Angkot itu sewanya orang miskin semua, kayak pedagang kaki lima, bocah sekolah, enggak ada ceritanya orang kaya naik angkot," katanya.
Sebelumnya, DPRD DKI Jakarta sendiri masih menunda untuk memutuskan ketetapan tarif lantaran masih menunggu Dinas Perhubungan DKI Jakarta memperbaiki layanan angkutan. Pasalnya, usul kenaikan tarif 50 persen saja dinilai sudah menguntungkan pihak pengusaha. DPRD menilai kenaikan tarif harus juga menguntungkan sisi penumpang.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.