PKL Pasar Minggu Tetap Ingin Dagang di Jalan
Para PKL yang saling berimpitan, menempati hingga satu ruas Jalan Pejaten Raya, mulai dari depan Robinson hingga Ramayana.
Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Dwi Rizki
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Usai inspeksi mendadak Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi), Senin (29/7/2013), suasana Jalan Raya Pasar Minggu, Selasa (30/7/2013) siang terpantau lengang.
Namun, kondisi macet dan penuh pedagang kaki lima (PKL) masih menjadi pemandangan umum, di lokasi yang terkenal dengan pasar buah, pada malam hari.
Pantauan Wartakotalive.com mulai pukul 20.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB, Selasa (30/7/2013) di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, masih terlihat penumpukan PKL di pinggir jalan.
Para PKL yang saling berimpitan, menempati hingga satu ruas Jalan Pejaten Raya, mulai dari depan Robinson hingga Ramayana. Akibatnya, lalu lintas macet total hingga sepanjang satu kilometer.
Menanggapi sidak dan imbauan Jokowi agar PKL tertib berjualan, Yanti (28), pedagang buah, menolak direlokasi ke dalam Gedung Pasar Minggu. Kata Yanti, selain biaya sewa yang mahal, jika masuk ke dalam gedung pasar, otomatis ia akan kehilangan para pelanggan.
"Saya enggak mau, sewa murah kan cuma depannya, makin ke sana (tahun) pasti mahal. Terus, pelanggan saya kan kebanyakan tahu saya dagang di sini, kalau masuk ke dalam bakalan enggak laku nanti," ungkapnya.
Hal senada disampaikan Budiyono (45), pedagang baju dan pakaian di depan Ramayana Pasar Minggu. Walaupun jam berjualannya tidak bebas dan dibatasi, ia tetap memilih berdagang di jalan.
"Kalau masuk, mahal lagi, apa-apa juga susah nanti. Kalau di luar kan enggak macam-macam, cuma bayar listrik sama retribusi. Paling cuma Rp 30 ribu setiap hari. Nah, kalau di dalam gedung bisa sampai Rp 50 ribu setiap hari," paparnya. (*)