Pengakuan Korban Penyekapan: Cuci Sepatu Saya dengan Lidahmu
Ketika dipertemukan dengan Zein yang disebut sebagai penyiksa paling sadis, Zamani dan Ali Arifin gemetaran.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Dua korban penyekapan yakni Ahmad Zamani (32) dan Ali S Arifin (49) telah dipertemukan dengan bos PT Benteng Jaya Mandiri (BJM), Kwan Zein Kuanda di Polsek Tamansari. Ketika dipertemukan dengan Zein yang disebut sebagai penyiksa paling sadis, Zamani dan Ali Arifin gemetaran.
"Sama Pak Kapolsek, semalam saya sudah dipertemukan dengan si Zein. Ditanya, apa kenal ini, saya jawab kenal. Dia (Zein) juga jawab kenal dengan saya," ujar Ali Arifin kepada Tribun di Polsek Tamansari, Jakarta, Jumat (20/9).
Saat pertemuan tersebut, Ali tanpa sungkan mengaku tubuhnya gemetar dan keluar keringat dingin. "Saya senang sekali dia (Zein) ditangkap. Tapi, waktu melihat mukanya, jujur saja, saya masih takut, badan saya gemetar, keluar keringat dingin. Saya masih ingat betulkejamnya dia," ucap Ali dengan suara bergetar.
Namun, saat ini Ali mengaku sudah bisa menghadapi Zein bila dilakukan konfrontasi. "Tadi pagi seolah saya dapat ilham dari Allah, saya sudah enggak takut lagi, saya sekarang siap tempur," tandas pria yang dulunya anggota Brimob ini.
Dalam kesempatan ini, Ali menyampaikan terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu pembebasan dirinya, termasuk orang-orang yang memberikan perhatian kepada keluarganya di Lubuk Lingau.
"Kepada Walikota Lubuk Lingau, Pak Camat, dan warga Lubuk Lingau, saya ucapkan terima kasih, yang berkenan menemui keluarga saya, sehingga moral keluarga saya terbantu,i. Saya warga Lubuk Lingau, saya akan bertanggu jawab atas masalah saya ini sampai selesai," imbuhnya.
Sementara itu, Zamani mengaku hatinya lebih tenang dengan ditangkapnya Zein. Namun, di sisi lain, ada kegundahan di dalam hatinya. "Tenang enggak tenang. Karena saya juga masih khawatirnya kasusnya ini akan menguap. Dan dia (Zein) juga kan punya jaringan," kata Zamani.
Zamani mengakui dirinya secara manusiawi menaruh dendam kepada Zein mengingat tindakan sadis yang dilakukannya pada saat penyekapan.
"Bukan penyiksaan saja, malah saya disuruh Zein menjilat sepatunya sudah seperti anjing. Itu dilakukan menjelang magrib sebelum saya dibebaskan polisi. Dia bilang, 'cuci sepatu saya dengan lidahmu'. Itu dia lakukan tanpa ada penyebab, tiba-tiba saja dia ingin seperti itu," ucap Zamani.
Zamani mengaku sudah bertemu dengan Zein untuk kali pertama setelah penangkapannya. Rasa dendam pada diri Zamani sirna dan berubah menjadi rasa takut. "Semalam waktu pertama bertemu dia di lorong ruang pemeriksaan, pas papasan muka, tubuh saya gemetar," ujarnya.
Namun, setelah pertemuan itu dan dilakukan konfrontasi, Zamani mengaku tidak takut lagi dengan Zein. "Tadi pagi saya dikonfrotir dengan dia, saya biasa saja," ujarnya.