Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bangun MRT, Ini yang Perlu Dipelajari Indonesia dari Jepang

Pemda Jakarta melalui anak perusahaannya sedang mulai membangun perkeretaapian di Jakarta, baik MRT maupun monorail

Editor: Widiyabuana Slay
zoom-in Bangun MRT, Ini yang Perlu Dipelajari Indonesia dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM/RICHARD SUSILO
Suasana dalam kereta api di Tokyo, Jepang. Selain bersih juga sangat teratur dan nyaman sehingga membuat orang lebih memilih naik kereta api ketimbang kendaraan lain. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang

TRIBUNNEWS.COM - Pemda Jakarta melalui anak perusahaannya sedang mulai membangun perkeretaapian di Jakarta, baik MRT maupun monorail. Ada baiknya kita belajar dari Jepang yang sudah mapan dalam perkeretaapian. Bahkan selalu tepat waktu sedunia (terbaik) untuk jadwal perkeretaapiannya dibandingkan negara lain.

Tribunnews.com   mewawancarai khusus, Kamis(10/10/2013) pihak Tokyo Metro Co.Ltd, pengelola kereta api bawah tanah di Jepang (Subways) khususnya di Tokyo. Deputy Manager Tokyo Metro Co.Ltd., Kazuyuki Fujii (kanan) dan humasnya, Shogo Kuwamura, menceritakan semua hal mengenai perkeretaapian di Tokyo yang sangat canggih saat ini.

Apa saja yang akan terjadi setelah pembangunan sistem perkeretaapian selesai dilakukan? Banyak sekali memang. Mulai soal manusianya, perawatannya, dan beranekaragam teknis perkeretaapian

Sampai saat ini masih banyak kejahatan terjadi di dalam kereta api di Jepang walaupun dari segi kuantitas menurun. Misalnya chikan atau pelecehan seksual di dalam kereta api. Lalu pencopetan, dan berbagai macam hal.

"Semua itu kembali kepada manner atau etika sopan santun dan disiplin setiap penumpang untuk mematuhi semua aturan yang ada. Kalau melanggar aturan tentu saja nantinya akan berhadapan dengan pihak polisi, denda atau pun menghadapi satpam stasiun yang bersangkutan," papar pihak Tokyo Metro Co.Ltd.

Misalnya chikan, dilakukan bukan hanya oleh lelaki tetapi ada pula oleh wanita tetapi tentu jumlahnya sangat jarang sekali. Di Jepang saat ini ada alat canggih di kepolisian yang bisa mendeteksi sidik jari orang di pakaian wanita yang bersangkutan. Apabila memang sesuai sidik jari orang yang bersangkutan ada di pakaian wanita yang dilecehkan seksualnya, orang tersebut resmi dapat ditahan dan bisa didenda atau masuk penjara.

Berita Rekomendasi

Tentu saja cara lain dengan saksi yang ada. Apabila ada saksi bagi si korban, maka si pelaku sah untuk ditahan dan proses hukum lebih lanjut oleh pihak kepolisian.

Berapa besar jumlah denda, misalnya ada denda, itu hanya diketahui pihak berwajib karena dari pihak perkeretaapian akan melimpahkan semua hal kepada pihak polisi dan pihak korban dengan pihak pelaku akan melakukan negosiasi, pembicaraan, diskusi langsung, entah ditengahi polisi atau pun saat di pengadilan.

Lalu sistem perkeretaapian di Jepang juga dibuat tidak akan mungkin terjadi tabrakan karena sudah diatur pada sistem untuk berhenti sendiri dalam jarak sekian meter kecepatan sekian kilometer. Misalnya dalam kecepatan 15 km per jam maka kereta otomatis akan berhenti dalam jarak 50 meter apabila ada bahaya di depannya. Kalau kecepatan 40 km per jam akan berhenti 300 meter sebelumnya.

Lebih penting lagi adalah pemerinsaan atau maintenance dari semua sistem perkeretaapian tersebut. Misalnya pemeriksaan terowongan dilakukan dua tahun sekali. Pemeriksaan kereta api keseluruhan dilakukan 4 tahun sekali. Tentu saja setelah selesai dipakai antara jam 1 pagi sampai dengan jam 4 pagi, juga dilakukan pemeriksaan segala hal pada kereta api, misalnya ada barang tertinggal di kereta api, pembersihan stasiun kereta api, dll.

Bagi pelakunya, pengemudi kereta api juga melakukan pemeriksaan kesehatan total dua kali setahun. Apabila tidak sehat tentu akan dilarang mengemudikan kereta api.

Meskipun demikian saat ini pengemudi kereta api ada yang sudah berusia 64 tahun, tertua di Tokyo Metro. Yang termuda berusia 20 tahun.

"Kalau sehat jasmani dan rohani tentu dia bisa menjadi pengemudi kereta api. Tetapi usia 65 tahun sudah pensiun tak ada lagi yang jadi pengemudi biasanya."

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas