Pembunuh Holly lebih Mirip Detektif Swasta
Kriminolog Universitas Indonesia berpandangan pelaku pembunuhan Holly lebih mirip dilakukan oleh detektif swasta
Penulis: Y Gustaman
Editor: Gusti Sawabi
TRIBUNnews.com, JAKARTA – Kriminolog Universitas Indonesia, Mulyana W Kusumah berpandangan, pelaku pembunuhan Holly lebih mirip dilakukan oleh 'detektif swasta,' ketimbang pembunuh bayaran. Cirinya dari pengintaian yang dilakukan pelaku.
"Kelompok pelaku sudah menyewa kamar sejak Agustus untuk enam bulan ke depan di lantai enam Tower Ebony, dengan tugas mengawasi dari dekat,” terang Mulyana dalam rilis yang diterima Tribunnews.com di Jakarta, Jumat (11/10/2013).
Pengintaian dimaksudkan sebagai pengenalan kehidupan sehari-hari korban, termasuk relasi sosialnya. Ada pun penyiksaan berakibat kematian Holly, diyakini merupakan order susulan dari otak kejahatan. Order pertama adalah pengintaian.
Keterangan Polisi yang menyatakan korban korban diikat oleh tali charger HP, menurut Mulyana, menunjukkan adanya fakta korban dicekik dengan ikatan (ligature strangulation).
Mengikat korban, seringkali digunakan dalam kekerasan untuk memaksa korban memberikan jawaban atau keterangan yang dikehendaki pelaku.
Hal ini diperkuat oleh fakta memar pada punggung korban, diperkirakan akibat dipukul berulang-ulang dengan besi berukuran 50 cm yang ditemukan di TKP.
Mulyana mengatakan, penyiksaan ini kemungkinan besar dilakukan utk memburu pengakuan atau memaksa korban memberikan keterangan tertentu.
Situasi panik yang terjadi pada para pelaku saat keamanan apartemen datang ke TKP, sehingga El Rizki tewas waktu melompat untuk melarikan diri, memperlihatkan kemungkinan besar pelaku bukan pembunuh bayaran profesional.
Jika peristiwa kematian Holly dilakukan pembunuh bayaran profesional dan sejak awal sudah ditentukan target menghilangkan nyawa korban, kelompok pelaku akan bekerja efisien, tidak memerlukan modus operandi rumit yang memakan waktu dan risiko.
Sedangkan kelompok pengintau yang mulai dengan penyewaan kamar apartemen sebab dengan demikian cukup banyak meninggalkan jejak. Ini semakin menunjukkan bahwa kelompok pelaku bukan pembunuh bayaran.
"Jajaran Polda Metro Jaya yang sejauh ini sudah berhasil menemukan sejumlah fakta dan bukti serta menangkap dua tersangka pelaku, diharapkan mengungkap aktor perencana kejahatan," kata Mulyana.
Polisi harus menjelaskan siapa perancang dan pembayar kelompok pelaku. Otak kejahatan diyakini memiliki hubungan sosial yang relatif dekat secara emosional, mengingat cara kematian korban.