Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengakuan Penjaga Pintu Pelintasan: Ada Truk Lain yang Terobos

Pamuji (48) masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Premier Bintaro, Tanggerang Selatan, Banten, akibat luka bakar yang ia derita.

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Pengakuan Penjaga Pintu Pelintasan: Ada Truk Lain yang Terobos
TRIBUNNEWS.COM/NURMULIA REKSO
Pamuji, petugas Penjaga Palang Pintu Pondok Betung, Saat Menjalani Perawatan di RS.Premier Bintaro, Tangerang Selatan, Banten. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pamuji (48) masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Premier Bintaro, Tanggerang Selatan, Banten, akibat luka bakar yang ia derita.

Tabrakan antara KRL jurusan Serpong - Tanah Abang bernomor 1131 dengan truk tangki milik Pertamina di perlintasan Pondok Betung, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Pipi kiri, lengan kiri bagian atas dan telinga kanannya terluka.

Ditemui TRIBUNnews.com di rumah sakit, petugas penjaga pintu perlintasan Pondok Betung itu mengatakan tabrakan berdarah itu bisa terjadi karena truk tangki pengangkut BBM yang dikemudikan Chosimin (44) dan dikeneki Mudjiono (44) itu menerobos palang pintu.

Padahal ia sudah mengaktifkan sirine penanda kereta lewat dan menurunkan palang pintu. Namun truk tangki itu sudah terlanjut lewat sebelum palang menutup dengan sempurna.

Situasi saat itu lalu lintas memang padat. Banyaknya mobil dan sepedamotor di perlintasan itu membuat semua kendaraan yang melintas tidak bisa melaju dengan lancar, termasuk truk tangki milik Pertamina itu. Dalam kepadatan arus lalu lintas itu tak jarang pengendara menerobos palang pintu.

"Selain truk tangki itu ada juga truk lain yang menerobos. Tapi kebetulan truk itu lolos," kata dia.

Menghadapi pengendara yang tidak tahu aturan bukan lah hal baru bagi orang yang sudah sejak 33 tahun lalu bergabung dengan PT.Kereta Api Indonesia (KAI) itu. Pamuji mengaku setiap hari pasti ada sepedamotor maupun mobil yang menerobos palang pintu.

"Setiap hari pasti ada (yang menerobos). Mobil yang terjebak waktu palang pintu sudah tutup juga banyak. Saya cuma bisa kasih tahu lewat pengeras suara," terangnya.

Ia menjelaskan, kurang dari lima menit sebelum kereta lewat ia menerima informasi. Setelah itu, ia mengaktifkan sirine dan menurunkan palang pintu. Dengan waktu kurang dari lima menit itu ia juga harus memastikan jalur kereta steril.

Tak jarang Pamuji harus turun langsung untuk mengatur lalu lintas, bahkan hingga mengangkat palang pintu demi lolosnya kendaraan.

Pada tahun 1997 lalu Pamuji sempat gagal mensterilkan rel kereta, dan seorang pengendara sepedamotor pun tewas. Ia terpaksa mendekam di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang, Jakarta Timur atas kelalaiannya.

Pada Senin siang (09/12), ia pun kembali gagal mensterilkan jalur itu, dan menyebabkan sejumlah orang meninggal dengan sekitar 60 orang luka-luka. Pamuji pun kembali harus berurusan dengan Polisi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas