Bus Baru Sudah Rusak, Jokowi Harus Menindak Orang Dishub
Dwi Rio Sambodo meminta Joko Widodo untuk menyelidiki mengapa bus-bus transjakarta BKTB yang baru,rusak
Editor: Gusti Sawabi
Tribunnews.com, Jakarta - Anggota Komisi E DPRD Jakarta Dwi Rio Sambodo meminta Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk menyelidiki mengapa bus-bus transjakarta dan Bus Kota Terintegrasi Busway (BKTB) yang baru, mengalami kerusakan.
"Gubernur DKI harus menindak orang Dishub. Toh selama ini Jokowi selalu menindak PNS nakal tanpa pandang bulu," ujarnya ketika dihubungi Kompas.com pada Senin (10/2/2014) pagi.
"Jika ada penyimpangan anggaran, jangan hanya berupa sanksi administratif, tapi tindaklanjuti menurut hukum berlaku," lanjutnya.
Dwi Rio mengungkapkan, alasan yang dilontarkan Kepala Dnas Perhubungan DKI Udar Pristono bahwa bus-bus rusak lantaran kena cipratan air laut selama perjalanan dari China ke Jakarta tak masuk akal. Pertanyaannya, apakah kapal itu tak tertutup? Apa komponen bus itu berada di luar sehingga mudah kena air laut?
"Kebenaran itu harus dipastikan. Supaya jangan sampai muncul fitnah," ucap politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu.
Sebelumnya diberitakan sebelumnya, beroperasinya 90 dari 310 bus Transjakarta dan 18 dari 346 Bus Kota Terintegrasi Busway (BKTB) baru di Jakarta, ternoda. Sebanyak 5 bus transjakarta dan 10 BKTB mengalami kerusakan pada sejumlah komponennya.
Kepala Dinas Perhubungan Jakarta Udar Pristono membenarkan adanya kerusakan beberapa komponen bus yang baru diluncurkan beberapa waktu lalu di Jakarta. Pristono mamastikan pihak Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) telah mengetahui kerusakan dan bakal segera mengganti spare part-nya dengan yang baru. Mengingat Dishub DKI baru melakukan 20 persen pembayaran.
"Itu sudah ada perjanjiannya Dishub dengan ATPM. Mereka juga sudah bersedia bertanggung jawab full atas kerusakan," ujarnya.
Direktur Utama PT Sun Abadi, Indra Krisna, selaku pihak ATPM menampik bahwa bus transjakarta dan unit BKTB yang baru diluncurkan adalah barang bekas. Menurutnya, bus kota dengan spesifikasi high floor hanya ada dua di dunia, yakni Bogota, Kolumbia dan Jakarta, Indonesia. Oleh sebab itu, tidak mungkin bus itu bekas.
Terkait kerusakan yang terjadi di beberapa komponen bus, Indra mengatakan hal itu terjadi ketika proses pengapalan. Pengiriman bus dilakukan dua kali. Pertama pada awal November 2013, serta yang kedua, pada pertengahan November 2013.
Pengiriman pertama, lanjut Indra, tidak ada masalah. Sementara, pada pengiriman kedua terkendala cuaca berkabut serta gelombang tinggi. Alhasil, bus yang seharusnya dikirim pada 20 November dari Pelabuhan Shanghai dan tiba di Pelabuhan Tanjung Priok pada 3 Desember, jadi molor hingga baru berangkat pada 29 November dan tiba di Jakarta pada 2 Januari 2014.
Menurutnya, pada saat terapung di lautan dengan cuaca badai itulah proses korosi komponen bus-bus, terjadi. "Harusnya proses pengapalan bus hanya setengah bulan mnjadi satu setengah bulan. Cuaca memang tak bisa disalahkan," ujarnya.
Indra juga menegaskan bahwa segala barang kiriman yang rusak akibat proses pengapalan bukan tanggung jawabnya, melainkan pihak pelayaran. Menurutnya, pihak pelayaran bersedian mengganti komponen bus yang rusak tersebut.