Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penumpang KRL Kehilangan Rasa Kemanusiaannya

masyarakat Indonesia yang dikenal ramah dan baik hati seketika berubah beringas hanya untuk memasuki gerbong

zoom-in Penumpang KRL Kehilangan Rasa Kemanusiaannya
Warta Kota/Alex Suban
Penumpang KRL commuter line tujuan Jakarta menunggu pemberangkatan di Stasiun Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (26/12/2013). Hujan dan angin kencang mengakibatkan sebuah pohon tumbang di antara Stasiun Tebet dan Stasiun Cawang, sehingga membuat salah satu jalur rel tidak dapat digunakan. KRL relasi Jakarta-Bogor pun terhambat karena terpaksa melintas bergantian di kawasan itu. (Warta Kota/Alex Suban) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berdesakan di dalam kereta dengan sesama pengguna lain, serta saling sikut saat hendak masuk gerbong adalah pemandangan yang lumrah terjadi pada sebagian pengguna kereta komuter di Jakarta.

Dewi, salah satu pelanggan kereta komuter mengatakan, dalam situasi demikian, pengguna kereta bagai kehilangan rasa kemanusiaannya.

"Bayangkan saja, orang mau masuk gerbong sikut-sikutan. Situasi ini membuat para pengguna kereta kehilangan rasa kemanusiaannya," ujarnya dalam Diskusi Pengguna Kereta Komuter dengan Pengelola KCJ yang diselenggarakan Ombudsman Indonesia di Stasiun Juanda, Jakarta Pusat, Rabu (19/2/2014).

Dia menyayangkan, masyarakat Indonesia yang dikenal ramah dan baik hati seketika berubah beringas hanya untuk memasuki gerbong kereta atau mencari duduk di dalam gerbong.

Ombudsman Indonesia mencatat beragam masalah yang kerap terjadi pada moda transportasi massal ini. Beberapa keluhan pelanggan kereta komuter itu meliputi keterlambatan, gangguan persinyalan, matinya penyejuk ruangan di dalam gerbong, tidak adanya pemecah kaca untuk keselamatan, suara pengumuman kurang jelas, serta persoalan petugas penjaga gerbong.

"Keluhan dari teman-teman, petugas sering tidak menjaga full sampai stasiun di Bogor. Mereka turun di stasiun transit Pondok Cina," kata Ketua Ombudsman Indonesia Danang Girindrawardhana. Selain itu, ada pula permasalahan fasilitas di stasiun, seperti matinya eskalator, atap bocor, dan tidak ada tempat duduk di peron.

Meski demikian, ada pula penumpang yang mengapresiasi kemajuan yang dilakukan untuk memperbaiki sarana perkeretapian. Menurut Aditya, seorang penumpang, beberapa tahun lalu kereta listrik tampak kumuh, tapi kini perlahan-lahan mulai tampak bersih.

Berita Rekomendasi

"Awal saya naik kereta kumuh, sekarang sudah bersih dari sampah," kata dia.

Direktur Komersial dan Humas PT KAI Commuterline Jabodetabek (PT KCJ) Makmur Syaheran mengatakan, sejak tahun 2008 sampai 2013, PT KCJ telah menambah 488 gerbong. Kini terdapat 664 unit gerbong kereta yang beroperasi melayani rute perjalanan Jabodetabek.

Dalam satu hari, rata-rata kereta mampu mengakomodasi pergerakan penumpang sebanyak 500.000 sampai 600.000 orang. Makmur mengatakan bahwa catatan itu masih jauh dari target. PT KCJ berharap agar moda transportasi kota itu dapat mengakomodasi 1,2 juta penumpang setiap hari.

Meski demikian, Makmur mengatakan, PT KCJ masih bergelut dengan beragam permasalahan, seperti kereta rusak.

"Kami berjibaku dengan kereta rusak karena sparepart-nya susah, misalnya AC," ujarnya.


Kepala Humas PT KAI Daop I Agus Komarudin mengatakan, persoalan ketersediaan suku cadang menjadi prioritas untuk mengatasi masalah perkeretaapian di Ibu Kota.

"Kita upayakan penggantian suku cadang dan sebagainya. Kalau yang sekarang, kita lakukan perawatan yang ada," katanya.(Fitri Prawitasari)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas