Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bus TransJakarta 'Gampang' Terbakar Karena Tiga Faktor

Berikut analisis mengapa bus-bus transjakarta banyak yang bermasalah dan mudah terbakar. Ini terkait tabung BBG yang mudah meledak

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Bus TransJakarta 'Gampang' Terbakar Karena Tiga Faktor
Warta Kota/Nur Ichsan
BUSWAY MOGOK BIKIN MACET- Sebuah Bus TransJakarta gandeng, mogok di putaran Jalan Daan Mogot Km 4, Jelambar, Jakarta Barat, Sabtu (15/2). Akibat posisi bus yang melintang dan menutup ruas jalan dari arah Pesing ke Grogol, menyebabkan kemacetan hingga 5 km. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masalah bus transjakarta terbakar hingga mesin berasap masih saja terjadi, meski bus-bus baru telah berdatangan. Perusahaan produsen tabung gas L tipe 3, Dynetek Industries Ltd, memberi analisis mengapa bus-bus transjakarta banyak yang bermasalah.

Dynetek Industries Ltd merupakan perusahaan asal Jerman yang produknya dimulai digunakan untuk pesawat ulang-alik NASA, US Army, perang di Afganistan, angkatan bersenjata Jerman, dan merajai tabung BBG bus transportasi Eropa Barat.

Seorang direktur Dynetek, Jajang Tjandra, menjelaskan, bus transjakarta menggunakan tabung gas bertipe 4. Padahal, tabung gas ini banyak kekurangannya.

"Mereka malahan memilih tabung BBG yang tipe 4. Ini sangat aneh sekali," ujar dia, beberapa waktu lalu dilansir Kompas.com.

Menurut Jajang, ada tiga hal yang membuat tabung BBG tipe 4 di bus-bus transjakarta tidak layak. Pertama, tabung jenis itu memiliki tingkat rembes 0,25 mm per water liter capacity per hour. Dalam satu bus, ada 6 tabung BBG. Artinya, dalam sejam, ada 1,5 mm per water liter capacity BBG keluar dari tabungnya.

Faktor kedua, enam tabung dengan tingkat rembesan gas yang tinggi itu berada di bawah bus, menyatu dengan kompartemen mesin.

Sifat gas diketahui sangat ringan dan tidak menyebar. Jika tabung berada di dalam ruang tertutup, gas yang rembes akan berkumpul di satu ruang. Itu tentu rentan menimbulkan ledakan.

Berita Rekomendasi

"Coba bayangkan, rembesan gas berkumpul di sebuah ruangan, belum lagi misalnya busnya macet satu jam saja lalu dipicu ada percikan api. Hanya 4 persen gas dari volume udara saja, sudah sangat memungkinkan meledak, nah apalagi kondisi ini," tuturnya.

Jajang mengungkapkan, pada awal-awal beroperasinya bus TransJakarta, Dishub DKI pernah mengontak perusahaannya untuk menyediakan tabung BBG.

Namun, begitu melihat spesifikasi yang diajukan tabung gas berada di bawah kompartemen mesin, pihaknya pun menolak lantaran rentan dalam hal keselamatan.

Faktor ketiga, tabung BBG itu tidak layak karena materialnya. Tabung BBG tipe 4 ini memiliki dua lapisan. Lapisan luar besi dan lapisan dalam (liner) berbahan plastik.

Material plastik diketahui bukan penghantar panas yang baik sehingga mudah meleleh. Hal inilah, lanjut Jajang, yang membuat tabung-tabung bus itu selalu hanya diisi setengahnya saja dari kapasitasnya.

"Makanya mereka (petugas BBG) hanya isi di kisaran 190 bar, padahal batasnya kan bisa 250 bar. Karena kalau lebih dari itu, rentan panas. Mereka takut meledak. Batas temperatur tabung tipe 4 itu 80 derajat. Lebih dari itu, duaarr," ujar Jajang.

"Informasi dari kami bukan bentuk teror kepada masyarakat di Jakarta. Kami hanya educated. Kami sepakat keselamatan para penumpang, itu nomor satu," ucapnya lagi.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas