Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pendorong Gerobak Keadilan Adu Mulut Dengan Kasat Intel Jakarta Pusat

Indra Azwan beradu sumpah dengan Kasat Intel Polres Metro Jakpus, AKBP I Gede Nyeneng. Indra menyumpahi I Gede tertabrak mobil. Gede membalas

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Pendorong Gerobak Keadilan Adu Mulut Dengan Kasat Intel Jakarta Pusat
NURMULIA REKSO PURNOMO
Indra Azwan (56), dan Gerobak Keadilannya, yang ia dorong dari kota Malang ke Jakarta, untuk menuntut keadilan terhadap kasus tabrak lari yang menewaskan putra sulungnya, Rifki Aditya pada 1993 lalu. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo

TRIUNNEWS.COM, JAKARTA - Indra Azwan (56), tetap mendorong gerobak keadilannya ke seberang Istana Merdeka, di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, meskipun presiden Susilo Bambang Yudoyono tengah tidak berada di Jakarta.

Namun demikian aksinya terpaksa dibatalkan, setelah Kasat Intel Polres Metro Jakarta Pusat, AKBP I Gede Nyeneng, mendatangi Indra dan menanyakan kepentingan Indra menggelar aksi, serta menanyakan izinnya untuk aksi tersebut.

Namun Indra hanya terdiam. I Gede akhirnya menyarankan Indra untuk memindahkan gerobaknya ke dekat pintu masuk Monas, yang terletak tak jauh dari Istana.

"Lebih baik dipinggirkan pak, dari pada nanti diangkut," katanya.

Indra akhirnya menuruti saran I Gede, yang ikut membantu Indra mendorong gerobak itu. Di dekat pintu masuk Monas keduanya pun berbincang, Indra kemudian menceritakan maksudnya menggelar aksi, dan menuturkan bahwa ia mendorong gerobak itu dari Malang, Jawa Timur ke Jakarta.

Kedua orang itu kemudian disambangi Sumarsih, yang memang setiap hari Kamis menggelar aksi berdiri di sebrang Istana, menuntut keadilan.

Berita Rekomendasi

Sumarsih adalah ibunda Bernardus Realino Norma Irmawan, mahasiswa Atma Jaya yang tewas dalam peristiwa Semanggi 1998.

"Dia kan ikut saya pak, kita kan sama-sama korban, saya sudah ada izin," ujar Sumarsih kepada I Gede

"Iya ibu aksi silakan, ibu kan sudah berizin, tapi Pak Indra ini tidak ada Izin," jawabnya.

Indra tiba-tiba naik pitam, ia kemudian mengeluarkan sejumlah berkas pemberitahuan aksi jalan kakinya dari Mabes Polri. Namun I Gede tidak menganggap hal tersebut, karena yang dibutuhkan Indra adalah izin aksi, bukan surat pemberitahuan.

"Saya nanti pulang dari Mekkah, saya sumpahin bapak, keluarga bapak mati ketabrak mobil," kata Indra geram.

"Ya sudah, saya juga sumpahi bapak mati ketabrak mobil," balas I Gede kepada Indra.

Indra mendorong gerobak keadilan ke Jakarta, untuk meminta kepada SBY, agar kasus tabrakan yang menewaskan putra sulungnya, Rifki Aditya (12) pada 1993 lalu, bisa segera diselesaikan.

Kata dia hingga kini pelaku penabrakan tersebut, Kompol Joko Sumantri belum menerima hukuman yang setimpal. Indra terhitung sudah lima kali sejak tahun 2007 berjalan dari Malang ke Jakarta.

Tahun 2010 lalu ia sukses bertemu SBY, dan menceritakan kasusnya. Pada Desember 2013 ia pun sempat bertemu Kapolri Jendral Sutarman, dan menceritakan hal yang sama. Namun hingga kini Kompol Joko Sumantri masih melenggang bebas.

Indra akhirnya menyudahi adu mulutnya dengan I Gede, ia lalu memutuskan untuk pulang ke kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH), Jakarta, tempat ia menginap selama di Jakarta. Ia berencana menunggu SBY kembali ke Istana, pada tanggal 19 Maret mendatang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas