Sekolah Masuk 6 Hari, Kak Seto: Anak Bukan Robot
Setidaknya Pemprov DKI harus mengadakan semacam penelitian mengenai bagaimana yang diharapkan oleh anak
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Agustin Setyo Wardani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Menanggapi rencana Dinas Pendidikan Pemprov DKI Jakarta yang akan memberlakukan penambahan hari masuk sekolah, yakni dari Senin hingga Sabtu, mendapat sorotan dari psikolog anak, Seto Mulyadi.
"Semua kebijakan yang berkaitan dengan anak itu harus mendengar suara anak," kata Kak Seto dalam sambungan telepon dengan Wartakotalive.com, Selasa (12/8/2014) pagi.
Tak lupa, ia juga mengatakan bahwa untuk mengambil kebijakan atau keputusan yang berkaitan dengan anak, setidaknya harus mengadakan semacam penelitian mengenai bagaimana yang diharapkan oleh anak. Jangan sampai, tambah Seto, jika kebijakan tersebut dirasa memberatkan anak justru diputuskan.
Ia bahkan menyoroti kurikulum 2013 yang sudah berjalan sebulan itu. "Kurikulum baru ya jangan sampai memberatkan anak, karena bukan anak untuk kurikulum, tetapi kurikulum untuk anak," tambah Seto.
Tak hanya itu saja, Seto menilai bahwa anak bukanlah robot yang dapat mengerjakan segala sesuatu tanpa merasa tertekan. Lebih lanjut, segala kebijakan yang diambil oleh para pemangku kepentingan dalam bidang pendidikan sejatinya harus mengutamakan hak dasar anak.
Pemerhati anak tersebut juga menekankan bahwa setiap pengambilan atau penerapan kebijakan harus mempertimbangkan hak dasar anak. Ia mengharapkan Kemendikbud, dalam hal ini selaku pelaksana Kurikulum 2013 untuk memperhatikan partisipasi anak dalam mengungkapkan pendapatnya berkaitan kebijakan yang akan diambil.
Seto menegaskan bahwa segala hal yang diberlakukan bagi anak-anak, harus memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak.