Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tawuran Pelajar Jadi Kekerasan Anak Paling Menonjol Tahun 2014

Dikhawatirkan fenomena kekerasan antar pelajar ini tidak akan berakhir tuntas.

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Tawuran Pelajar Jadi Kekerasan Anak Paling Menonjol Tahun 2014
Ilustrasi tawuran pelajar 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Berdasarkan data Komisi Nasional Perlindungan Anak, selain kasus kekerasan seksual terhadap anak, kasus paling menonjol dan banyak menyita perhatian publik di tahun 2014 adalah kasus tawuran pelajar.

"Ternyata kasus kekerasan antar pelajar belum juga sirna di negeri ini. Bahkan, semakin hari semakin menjadi-jadi. Nyawa para pelajar hilang dalam hitungan detik. Aksi anarkis yang melibatkan pelajar di Ibukota sangat mengkhawatirkan," kata Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait dalam konferensi pers catatan akhir tahun Komnas PA 2014 di kantornya, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Selasa (30/12/2014).

Menurutnya, tanpa adanya penanganan yang sangat serius dari semua pihak, dikhawatirkan fenomena kekerasan antar pelajar ini tidak akan berakhir tuntas.

"Sebaliknya akan menjadi satu tradisi di masing-masing sekolah, dan pada akhirnya dari tahun ke tahun kita akan kehilangan generasi penerus bangsa, satu persatu korban tawuran akan berguguran," kata Arist.

Dirinya menyebutkan, Mmdia sosial akhir-akhir ini menjadi salah satu penyebab terjadinya tawuran antar pelajar. Masalah sepele, saling ejek, perang kata-kata baik di facebook maupun di twitter sering memicu pecahnya tawuran pelajar. Selain itu, masih ada beberapa faktor yang memicu terjadinya tawuran antar pelajar antara lain menaikkan pamor sekolah dengan menyerang sekolah lain.

"Keributan imbas dari suatu pertandingan atau perlombaan sekolah, perilaku yang dikembangkan senior kepada junior di sekolah, lemahnya antisipasi aparat keamanan, serta kurangnya perhatian orangtua dan pihak sekolah.  Jika seperti ini, tawuran antar pelajar bukan lagi sekedar kenakalan anak-anak," tambahnya.

Berita Rekomendasi

Seharusnya kata Arist, saatnya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan memikirkan solusi yang lebih permanen. Efek jera juga perlu ditumbuhkan. Pelaku tawuran yang menyebabkan hilangnya nyawa, harus di proses sebagai pelaku kejahatan lain.

"Akibatnya seringnya terjadi tawuran,kalangan pelajar di masing-masing sekolah pun saling mensosialisasikan ke teman-temannya bahwa mereka harus selalu siap diserang. Ada semacam pewarisan nilai untuk siap tawuran dan mempertahankan diri serta menjaga kehormatan sekolah dari senior ke juniornya," katanya.

Lebih lanjut dikatakan, bibit terjadinya tawuran sudah terjadi mulai dari halaman sekolah. Masa orientasi siswa pun, sudah dimanfaatkan para senior untuk mensosialisasikan semangat menjaga nama baik sekolah yang dengan mudah didorong menjadi semangat melakukan tawuran.

"Mata rantai tawuran inilah, yang seharusnya diputus," tambahnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas