Ojek Payung, Anak Kelas 2 SD Ini Bisa Kantongi Rp 100 Sehari
Berbeda dengan teman sebayanya yang agresif menawarkan payung di stasiun Palmerah, Eza (9) nampak dingin-dingin saja.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berbeda dengan teman sebayanya yang agresif menawarkan payung di stasiun Palmerah, Eza (9) nampak dingin-dingin saja.
Meski saat itu mengenakan payung, sesekali tangan kanannya menyeka air di bagian muka yang nampak basah, sementara tangan kirinya memegang gagang payung dan mengegam uang Rp 7000.
Wajar saja, ia baru saja mengantarkan pengguna jasanya yakni sewa payung yakni penumpang kereta yang ingin menggunakan meminjam payung.
Satu minta diantarkan ke pasar Palmerah dan saat mau kembali ke stasiun ada yang meminta jasanya.
Mestinya, hari itu dia membawa dua payung, satu diberikan kepada pengguna jasa sewa payungnya, sedangkan satunya dipakai sendiri.
"Payung yang kecil saya rusak bang. Jadi cuma bawa satu, jadi harus hujan-hujanan," ujar Eza yang mengaku baru duduk di bangku kelas 2 SD kepada Tribunnews, Senin (9/2/2015).
Saat Tribunnews mengajaknya sepayung, Eza menolak. Ia justru berlari kecil mendahulu sampai akhirnya menunggu Tribunnews di seberang jalan.
Setelah itu, ia pun berjalan kaki mengiringi. Ia mengaku baru mendapatkan Rp 7000 dari jasanya. "Baru saja datang bang. Jadi masih dapat sedikit," katanya.
Ia pun tidak sungkan saat ditanyakan penghasilannya seperti tahun lalu. "Biasanya 20 ribu, 30 ribu tapi pernah juga Rp 100 ribu. Tidak tentu bang," katanya.
Ia mengaku senang memberikan jasa ini karena bisa mendapatkan uang meski diakuinya tidak bisa setiap hari.
Eza dan sekitar 10 orang lainnya menjadi penolong pengguna jasa kereta api yang turun di stasiun Palmerah.
Penumpang yang turun membeludak karena stasiun Tanah Abang ditutup akibat banjir.
Mereka menggunakan jasa pinjam payung untuk menghindari basah setelah hujan turun deras.
(Eko Sutriyanto)